SOLOPOS.COM - Ombak tinggi di Pantai Kukup, Rabu (8/6/2016) pagi. (Foto Istimewa).

Gelombang tinggi pantai selatan yang terjadi beberapa hari tercatat sebagai yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Gelombang tinggi pantai selatan yang terjadi beberapa hari tercatat sebagai yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan dalam catatan warga, belum pernah gelombang terjadi sebesar kali ini.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

“Sudah saya kira gelombang laut masih tinggi sampai hari ini, saya tidak mau kembali ke pantai dulu. Tapi tiba-tiba tetangga saya ngabari, airnya sudah naik sampai tempat saya jualan, saya buru-buru ke sini beresi barang,” Sukemi, seorang pemilik lapak penjual makanan di Pantai Sepanjang, dusun Nglaos, Desa kemadang, Tanjungsari, Rabu (8/6/2016).

Sukemi bercerita, malam harinya, Selasa (7/6/2016)  gelombang tak setinggi pagi ini. Ia masih dapat melihat laut yang sedikit tenang dan air yang surut. Nampak dari tempat ia mengais rejeki di bibir pantai Sepanjang itu, karang-karang muncul ditempa ombak.

Tapi pagi ini alam tidak terlalu bersahabat dengan dirinya, lapak rumah makannya dihantam ombak. Porak poranda lapaknya diikuti oleh hati Sukemi. Pandangannya menerawang jauh ke laut lepas.

Sejak awal puasa Senin (6/6/2016) lalu Sukemi memutuskan untuk tidak berjualan karena gelombang air laut diprediksi masih akan tinggi. Namun, sehari sebelumnya ia masih berjualan meskipun air laut sudah sampai di bawah lapaknya yang berbentuk panggung itu.

“Kalau pas ada air besar ya lari,” katanya.

Sejak Senin ia lebih memilih untuk berladang di lahan dekat rumahnya yang tak seberapa luasnya. Selain itu ia pun mencari rumput untuk pakan ternaknya, dan juga mencari kayu ketimbang berjualan di bibir pantai.

Seperti pagi itu, Sukemi sedang berladang tiba-tiba tetangga rumahnya, Partini mengabarkan dirinya bahwa gelombang sedang pasang. Sukemi segera menuju ke lapak jualannya, tak lama sekitar pukul 10.15 WIB lapaknya rusak diterjang ombak.

Beberapa kerusakan yang dialami yakni lapaknya yang terbuat dari kayu rusak, barang-barang untuk berjualan, tanggul ambrol. Sukemi mengaku tak begitu banyak kerugian yang ia tanggung, namun ia dan suaminya harus membangun ulang lapak jualannya sementara tak ada pemasukan beberapa hari kedepan selama gelombang masih diprediksi akan pasang.

Partini, salah seorang tetangga Sukemi yang turut berjualan di Pantai Sepanjang turut prihatin dengan yang dialami Sukemi. Ia yang mewanti-wanti Sukemi untuk segera mengevakuasi barang-barang jualan.

“Sebagian sudah dipindahkan ke bagian utara, cuma meja yang ditinggal,” kata Partini.

Beberapa pedagang lainnya bernasib sama dengan Sukemi. Selain pedagang, di pantai lain sejumlah nelayan pun istirahat mencari nafkah dari laut sebelum gelombag besar surut.

Sukemi mengatakan bahwa belum pernah gelombang hingga semarah ini, sebelumnya pernah tinggi namun tidak sampai merusak. Ia akhirnya memutuskan untuk tidak berjualan sampai gelombang laut benar-benar reda. Masih ada rasa takut dalam dirinya. Sukemi berharap segara segera reda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya