SOLOPOS.COM - Gelombang tinggi di Pantai Baru Bantul, Rabu (8/6/2016). (Yudho Priyambodo/JIBI/Harian Jogja)

Gelombang tinggi pantai selatan diprediksi kembali terjadi.

Harianjogja.com, BANTUL- Gelombang tinggi di Pantai Depok, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek menerjang empat bangunan. Warga bersiap menghadapi gelombang yang diprediksi lebih besar mencapai hingga sepuluh meter.

Promosi Moncernya Industri Gaming, Indonesia Juara Asia dan Libas Kejuaraan Dunia

Menurut warga Pantai Depok, Dardi Nugroho, gelombang tinggi yang terjadi saat ini diprediksi belum mencapai puncak. Informasi yang mereka terima dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY, masih ada gelombang tinggi yang memuncak pada Minggu (4/9/2016) mendatang.

“Gelombangnya diprediksi mencapai tujuh hingga sepuluh meter,” ujar pria yang biasa disapa dengan nama Dargon ini, Jumat (2/9/2016).

Selain merujuk pada BMKG, para nelayan dan warga pesisir selama ini mengandalkan aplikasi ramalan cuaca yang terpasang di ponsel cerdas. Selama ini kata Dargon, baik ramalam BMKG maupun pantauan cuaca di ponsel nyaris selalu benar.

“Lebih banyak validnya perkiraan cuaca itu. warga sudah tahu sebenarnya,” imbuh lelaki yang juga membuka warung makan di Pantai Depok itu.

Warga bersiap mengevakuasi diri apabila kemungkinan terburuk itu terjadi. Sejauh ini kata dia, warga terdampak bencana tidak berupaya meminta bantuan kepada pemerintah. Dargon mengakui bahwa keputusan warga mendirikan bangunan di dekat bibir pantai menyalahi aturan.

“Karena jarak minimal itu 200 meter dari bibir pantai, kalau sekarang ini kan dekat sekali. Jadi warga sudah pasrah, bagaimana mau meminta bantuan ke pemerintah kalau warga saja melanggar aturan,” lanjutnya.

Kendati terjadi abrasi dan masuknya air ke sejumlah bangunan, aktivitas pariwisata di Pantai Depok masih berlangsung. Warung-warung lain yang tidak terkena gelombang masih beroperasi seperti biasa.

Terpisah, Sarjuno warga Pantai Depok yang membuka usaha penjualan ikan di objek wisata tersebut menuturkan, gelombang tinggi yang melanda pesisir diprediksi masih berlangsung 15 hari ke depan. “Sekarang saja sudah parah kondisinya, apalagi nanti. Bahkan menurut perkiraan yang terjadi sekarang belum mencapai puncak,” papar dia.

Sarjuno menyoroti perubahan lingkungan di DIY dalam beberapa tahun terakhir. Ia menduga sedikit banyak berpengaruh pada gelombang tinggi. “Dulu material pasir di Merapi tidak ditahan oleh dam, sekarang ditahan juga banyak ditambang. Jadi pasir yang terbuang ke laut sedikit. Saat gelombang tinggi, pasir sebagai penahan air laut berkuarang. Makanya dampak abrasinya juga besar,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya