SOLOPOS.COM - Seorang dokter Spesialis Mata Rumah Sakit Mata dr.Yap Jogja, Muhammad Bayu Sasongko sedang menunjukkan bagian mata yang rusak, apabila masyarakat nekat melihat fenomena gerhana matahari langsung, tanpa alat pelindung. Foto diambil usai temu media di ruang auditorium RS Mata dr.Yap, Jogja, Senin (7/3/2016).(Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Gerhana matahari total diimbau tak dilihat dengan mata telanjang.

Harianjogja.com, JOGJA-Melihat matahari secara langsung, saat fenomena gerhana matahari, berdampak terbakarnya makula atau bintik kuning pada mata.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Dokter spesialis mata Rumah Sakit Mata dr.Yap, Muhammad Bayu Sasongko pada Senin (7/3/2016) mengatakan, bintik kuning sebagai bagian retina, berfungsi menerima cahaya dan meneruskan ke otak. Sangat berbahaya apabila cahaya yang diterima tidak tereduksi, dampak terburuk ialah bintik mata akan terbakar (makula burn).

“Tidak disertai gejala awal. Tahu-tahu muncul seperti ada bulatan hitam di mata bagian tengah, yang menghalangi kemampuan penglihatan,” ujarnya di hadapan para wartawan.

Bahkan, kondisi terbakarnya bintik kuning tidak disertai rasa sakit atau nyeri, pasalnya ketika melihat matahari saat gerhana, kita akan ‘tertipu’ matahari yang terlihat redup dan tidak menyilaukan. Padahal di dalam mata, tanpa disadari bintik mata terbakar. Proses terbakarnya makula, dapat dianalogikan seperti terbakarnya kertas putih, apabila disinari dengan cahaya matahari, dengan perantara lup/kaca pembesar.

Secara teori, dampak dari terbakarnya bintik kuning mata ini bisa berlangsung permanen maupun sementara.

“Ketika terjadi makula burn, saat kita melihat objek, maka kita tidak mampu melihatnya lagi secara penuh, bagian tengah tidak kelihatan. Sedangkan bagian samping masih bisa terlihat,” terangnya.

Ia juga mengimbau agar berhati-hati apabila mengikutsertakan anak dalam pengamatan gerhana matahari. Karena, lensa mata anak yang masih begitu jernih dibanding lensa mata orang dewasa, justru memperbesar potensi kerusakan mata, apabila mereka melihat gerhana matahari secara langsung.

Dampak buruk dari melihat gerhana secara langsung, dapat dirasakan secara seketika, ataupun beberapa waktu setelah aktivitas melihat sinar matahari tersebut.

Bayu menjelaskan, sesungguhnya tidak ada larangan bagi masyarakat yang ingin mengamati fenomena gerhana matahari, yang sedianya dapat dilakukan pada 9 Maret 2016 mendatang. Hanya saja, perlu dipahami, melihat matahari secara langsung dapat menyebabkan kerusakan yang disebut solar retinopathy, dengan gejala gangguan penglihatan hingga kebutaan yang bersifat sementara atau permanen.

Meski demikian, Bayu menyarankan kepada masyarakat yang ingin melihat fenomena gerhana matahari, bisa mengamatinya dengan menggunakan alat bantu, sehingga proses pengamatan tetap aman bagi mata.

Cara pertama yang bisa dilakukan, dengan memanfaatkan dua lembar kertas HVS. Salah satu lembar kertas tersebut kemudian dilubangi memakai ujung pensil atau bolpoin dengan diameter kurang lebih 3 milimeter. Sementara, satu kertas lain digunakan untuk memantulkan bayangan gerhana matahari.

Melalui lubang kecil tersebut, masyarakat dapat melihat pantulan cahaya gerhana matahari di kertas yang kedua. Namun posisi mata [kepala, tubuh] membelakangi matahari.

Cara lain, yakni memakai kaca mata tukang las. Kaca mata tukang las dinilai aman karena memiliki filter cahaya, sehingga cukup aman digunakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya