Jogja
Jumat, 14 November 2014 - 12:40 WIB

Godean Dikenal Penghasil Kripik Belut tapi Bahan Bakunya 'Diimpor'

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, SLEMAN-Kecamatan Godean identik dengan belut. Namun, bahan baku pembuatan aneka kuliner belut ternyata didatangkan dari sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Demikian diungkapkan Camat Godean, Ahmad Yuno Nurkaryadi, dalam peresmian Pusat Pembelajaran dan Pengembangan Budi Daya Belut di Jowah VI, Sidoluhur, Godean, Sleman, Kamis (13/11/2014). Selama ini, setidaknya satu ton belut didatangkan setiap hari dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan belut di Godean.

Advertisement

“Godean sudah punya Pusat Kuliner Belut. Namun, saya sempat disindir karena tidak punya belut tapi mengelola kuliner belut,” kata Yuno.

Menurut Yuno, potensi belut di wilayah Sleman bagian barat masih sangat menjanjikan. Sebab, imbuhnya. konsumen rela datang jauh-jauh untuk membeli keripik belut. Pusat Pembelajaran dan Pengembangan Budi Daya Belut diharapkan menjadi langkah awal keberhasilan budi daya belut di Godean.Ke depan, kata dia, diharapkan bahan baku akan dipenuhi secara mandiri sehingga keripik belut Godean berdaya saing.

Harapan serupa juga disampaikan Wakil Bupati Sleman, Yuni Satia Rahayu.

Advertisement

“Setelah peresmian ini, kegiatannya jangan lantas berhenti dan mati. Harapan saya, makin banyak petani yang terlibat di sini,” kata Yuni.

Yuni menambahkan, Pemkab Sleman akan memasilitasi kebutuhan pengembangan budi daya belut. Termasuk kebutuhan modal.

Sementara itu, Ketua Pusat Pembelajaran dan Pengembangan Budi Daya Belut, Budi Wantoro mengungkapkan, sebagian masyarakat Godean sangat tertarik belajar budi daya belut, tapi sering berujung pada kegagalan.

Advertisement

“Paling tidak, kami ingin mengurangi pasokan bahan baku belut yang didatangkan dari luar daerah,” kata Budi.

Budi melanjutkan, pihaknya akan bergerak dalam kegiatan penyediaan bibit belut, membentuk kelompok petani belut, sekaligus melakukan pendampingan bagi para kelompok. Pengolahan belut juga akan dikembangkan agar tidak hanya menghasilkan keripik belut.

Budi mengakui, budi daya belut memang cukup susah. Terlebih, belut merupakan kanibal yang nafsu makannya besar, sehingga bisa memakan temannya sendiri jika terlambat memberikan pakan.

“Empat bulan lagi sudah bisa pemijahan, tapi hasilnya mungkin belum maksimal. Kita akan lihat hasilnya secara bertahap,” ungkapnya kemudian.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif