Jogja
Selasa, 25 September 2012 - 11:16 WIB

"Gubuk" Rubinem Tak Masuk Daftar Bedah Rumah Kulonprogo

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi rumah Rubinem (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

Kondisi rumah Rubinem (JIBI/Harian Jogja/Nina Atmasari)

KULONPROGO—Jumlah rumah tidak layak huni di wilayah Desa Purwoharjo, Samigaluh, Kulonprogo mencapai 506 rumah. Alokasi perbaikan terus diusulkan oleh Pemerintah Desa, namun belum bisa mencakup semuanya. Bahkan, rumah salah satu warga, Rubinem, yang kondisinya memprihatinkan justru tidak lolos dalam pengusulan terakhir.

Advertisement

Seperti diberitakan Harian Jogja, Jumat (21/9), Rubinem tinggal bersama anak,  cucu dan buyutnya di rumah reot dan tidak layak. Selama bertahun-tahun keluarga miskin empat generasi ini bertahan hidup dengan penghasilan yang jauh dari kata cukup.

Kepala Desa Purwoharjo, R. M. Joko Martono mengungkapkan, Rubinem telah diusulkan dalam program bedah rumah dari Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) namun dari surat keputusan pertama yang turun beberapa waktu lalu, nama Rubinem tidak muncul. “Entah bagaimana bisa, jelas rumahnya seperti itu kok tidak muncul,” ungkap Joko Martono kepada Harian Jogja kemarin.

Ia mengaku terus berupaya mengajukan rumah yang tidak layak huni di wilayahnya, agar mendapatkan bantuan perbaikan menjadi layak huni. Sayangnya, dari program yang ada, masih belum menjangkau semua rumah tidak layak huni yang membutuhkan.

Advertisement

Joko menyebutkan, saat ini, jumlah rumah tidak layak huni di Desa Purwoharjo mencapai 506 rumah. Dari jumlah itu, pihaknya mendapatkan tawaran untuk mengajukan 100 rumah untuk diperbaiki oleh Kemenpera. Namun, dalam surat keputusan yang keluar, hanya 20 rumah yang disetujui. Salah satu yang tidak lolos adalah Rubinem di Dusun Taman.

Menurut Joko, ada sekitar 80 rumah yang kondisinya seperti rumah Rubinem, dan sangat membutuhkan bantuan untuk perbaikan segera agar menjadi layak huni. Upaya perbaikan terus dilakukan Pemerintah Desa Purwoharjo dengan mengajukan setiap ada tawaran program yang sesuai, seperti bedah rumah dari Bazda, dari perusahaan hingga program lantainisasi.

Pihaknya berharap program perbaikan rumah tidak layak huni bisa lebih banyak dialokasikan untuk warga desa tersebut. Lebih lanjut, ia berharap dalam memberikan bantuan untuk perbaikan rumah, proses administrasi mudah dan lancar. “Kalau sudah jelas alokasinya, maka segera dilakukan dan diberikan bantuannya, agar warga tidak terlalu lama menunggu,” tandasnya.

Advertisement

Sementara Rubinem, mengaku selama ini tidak mampu memperbaiki rumahnya, karena penghasilan yang didapatkan anaknya hanya cukup bahkan sering kurang untuk kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya. “Kalau tidak ada bantuan, kami tidak bisa membangun rumah sendiri,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif