SOLOPOS.COM - Seorang karyawan menyiapkan loyang tempat adonan biang nata de coco di pabrik pembuatan nata de coco Dusun Sembuh Lor, Sidomulyo, Godean, Sleman, Selasa (31/3/2015). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Nata de coco yang diproduksi dengan bahan salah satunya ZA, disebut oleh produsennya, aman untuk dikonsumsi

Harianjogja.com, SLEMAN- Pemilik pabrik nata de coco di bekas gedung SD Semarang III, Dusun Sembuh Lor, Desa Sidomulyo, Kecamatan Godean, Sleman menyatakan produknya aman dikonsumsi.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

Pabrik tersebut digerebek aparat Polres Sleman, Selasa (31/3/2015). Danang Prasetyo mengklaim nata de coco hasil olahannya aman dikonsumsi. Ia telah melakukan praktik itu lebih dari lima tahun dan tidak ada yang komplain.

Dia juga baru membuka pabrik di Sidomulyo baru beberapa bulan terakhir. Menurutnya hasil olahannya telah dilakukan uji laboratorium di Institut Pertanian Bogor (IPB).

“Untuk bisa lolos ke beberapa perusahaan di Jawa Barat harus melalui uji di laboratorium dulu, kalau tidak aman, ya tidak mungkin bisa lolos dong,” ujar warga Baturetno, Banguntapan, Bantul ini.

Dalam praktiknya, setiap satu adonan 100 liter air kelapa sebagai bahan dasar direbus hingga mendidih lebih dahulu. Dalam keadaan mendidih kemudian dicampuri sekitar 300 gram pupuk ZA ditambah dengan 500 gram dan 100 cc cuka asam.

Tiap satu adonan itu dalam keadaan panas lalu dituangkan ke dalam 70 loyang sebagai bahan pencetak. Selanjutnya adonan didinginkan selama 12 jam di dalam loyang lalu dicampuri biang atau starter. Dalam tiap 70 loyang butuh sekitar empat liter starter.

“Biangnya itu juga sama, yakni memakai ZA, cuka dan gula dengan takaran sama,” ujarnya.

Danang sengaja menggunakan pupuk ZA, karena memanfaatkan kandungan nitrogen sebagai bahan makanan bakteri nata.

Nitrogen, kata dia, sebenarnya bisa diganti dari bahan lain tetapi membutuhkan waktu lama dan kerap mengalami kegagalan. Berbeda dengan menggunakan ZA lebih sedikit faktor kegagalannya.

Selain nitrogen, sebenarnya bakteri masih membutuhkan makanan karbon tetapi bisa didapatkan melalui glukosa dari gula yang dicampurkan. “Jadi kami mengikat nitrogen dan glukosanya sebagai makanan bakteri,” ucapnya.

Adapun hasil produk yang bisa dimakan itu, kata dia, sama sekali tidak bercampur nitrogen. Jika ada kandungan lain dari ZA yang turut dimasukkan bersama adonan saat masih mendidih hal itu bisa dibuang melalui endapan ketika sudah jadi nata de coco tersebut.

“Kalau jadi di bawah loyang itu ada endapannya, kemudian dibersihkan, jadi sudah bersih dari kandungan lain yang berbahaya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya