Gunung Merapi, korban masih enggan pindah
Harianjogja.com, SLEMAN — Sedikitnya 607 Kepala Keluarga (KK) korban erupsi Merapi 2010 masih enggan direlokasi hingga kini. Penolakan sebagian besar didasarkan pada masalah ekonomi dan kepemilikan lahan.
Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak
Sejumlah warga tersebut tersebar di wilayah Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, dan Srunen di Desa Glagaharjo, Cangkringan serta Umbulmartani, Ngemplak. Hal ini dipaparkan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Krido Suprayitno dalam workshop penanganan permasalahan pasca rehab-rekon Rekompak Merapi di Hotel The Sahid Rich, Rabu (30/8/2017).
“Ada beberapa hal alasannya meski utamanya adalak soal ekonomi,” terangnya kemarin.
Ia menguraikan setidaknya ada empat poin yang menyebabkan munculnya penolakan itu. Pertama, warga merasa wilayahnya sudah cukup aman karena berada di perbatasan wilayah yang aman. Kedua, masyarakat teramat khawatir jika lahan lamanya akan diambil alih pemerintah apabila mereka berpindah.
Ketiga, warga berpendapat jika tidak bisa mengembangkan diri dari sisi ekonomi di lokasi hunian baru. Terakhir, masyarakat terdampak itu juga merasa sudah bisa membangun kembali huniannya di daerah yang lama. Krido menjelaskan jika berdasarkan pengakuan masyarakat, mereka belum bisa melihat adanya peningkaan ekonomi yang signifikan pada masyarakat yang sudah direlokasi itu.