Jogja
Kamis, 16 Januari 2014 - 20:30 WIB

Guru di DIY Dilatih Pendidikan Inklusi

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak berkebutuhan khusus (ABK). (JIBI/Dok)

Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY akan memberi pelatihan pendidikan inklusi. Hal itu dilakukan untuk mempersiapkan kebutuhan tenaga pengajar bagi anak berkebutuhan khusus tahun ini.

Kepala Disdikpora DIY Kadarmanta Baskara Aji beralasan, pelatihan pendidikan inklusi tersebut didasarkan pada fakta di mana keberadaan guru pendamping untuk pendidikan inklusi di DIY jumlahnya terbatas.

Advertisement

Hingga kini, jumlah guru pendamping untuk pendidikan inklusi di DIY sebanyak 400 orang. Jumlah tersebut dinilai masih minim untuk mengakomodasi kebutuhan pendidikan inklusi.

Pelatihan pendidikan inklusi tersebut, katanya, diharapkan seluruh guru dan sekolah mampu melayani anak berkebutuhan khusus.

“Untuk mengatasi masalah itu, kami akan melatih seluruh guru agar dapat menangani anak berkebutuhan khusus. Dengan begitu, tidak ada lagi alasan bagi sekolah bila tidak memiliki guru inklusi,” kata Aji, belum lama ini.

Advertisement

Pengajar untuk anak berkebutuhan khusus, jelas Aji, seharusnya memiliki latar belakang pendidikan luar biasa sehingga dapat memahami secara tepat metode belajar anak berkebutuhan khusus.

Namun, pelatihan tersebut dinilai sudah cukup memberikan pemahaman bagi guru untuk menangani anak berkebutuhan khusus (ABK) secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan.

“Dengan pelatihan pendidikan inklusi ini kami akan mewajibkan seluruh sekolah di DIY untuk dapat menyelenggarakan pendidikan inklusi. Prinsipnya jangan sampai ada yang menolak, apabila ada ABK yang mendaftar,” tegas Aji.

Advertisement

Hingga kini, terdapat 68 Sekolah Luar Biasa (SLB) di DIY. Padahal jumlah ABK di DIY cukup banyak. “Kami bertekad Jogja untuk terus mengembangkan pendidikan inklusif. Prinsip pendidikan inklusif di sekolah itu penting tanpa melihat latarbelakangnya, sekolah labs juga harus bisa diakses untuk ABK,” ujar Kepada Dinas Pendidikan Kota Jogja, Edy Heri Suasana.

Menurutnya, meski banyak kota-kota lain yang mulai mendeklarasikan diri sebagai kota pendidikan tetapi Jogja memiliki standar sendiri sebagai kota pendidikan. Model atau sistem pendidikan yang dikembangkan, sambungnya, dengan mendirikan banyak sekolah inklusi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif