SOLOPOS.COM - Ilustrasi guru (JIBI/Dok)
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Sejumlah guru yang mengajar di sekolah terpencil di Gunungkidul kembali mempertanyakan kebijakan pengembalian tunjangan khusus yang sudah diberikan tahun 2013.
Mereka mengaku keberatan karena uang tunjangan sudah digunakan untuk kebutuhan hidup dan operasional mengajar.
Sukiman, salah seorang guru di SD Belik, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus yang menerima tunjangan mengungkapkan, kebijakan pengembalian tunjangan sangat meresahkan guru yang selama ini sudah mengajar di wilayah terpencil.
“Terus terang kami keberatan jika tetap harus mengembalikan tunjangan yang sudah kami terima,” ucapnya, seusai upacara peringatan Hari Guru Nasional di Alun-alun Wonosari, Senin (25/11/2013).
Sukiman mengaku sudah menyampaikan keberatan tersebut bersama teman-teman sesama penerima tunjangan baik yang berstatus Pegawai Negeri Sipil maupun Non PNS pada Jumat (22/11/2013) lalu di kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. Hanya saja, kata dia, pertemuan tersebut belum mencapai titik temu.
Tugiran, guru penerima tunjangan lainnya juga mengatakan hal yang sama. Dia tidak mampu mengembalikan uang tunjangan dengan jumlah Rp12,6 juta yang sudah dia terima selama 2013.
Guru Tidak Tetap di SD Muhammadiyah di Desa Pilangrejo, Kecamatan Nglipar ini tidak bisa berbuat banyak saat diminta mengembalikan uang tunjangan. “Mau mengembalikan dari mana uang gaji saya Cuma Rp200.000 per bulan,” ucap dia.
Menurut Tugiran, pemerintah semestinya mengkaji ulang kebijakan pengembalian uang tunjangan. Sebab, kata dia, kesalahan bukan pada guru melainkan pemerintah sendiri.
Sebelumnya pada Mei lalu Tugiran juga sempat mempertanyakan pengembalian uang tunjangan. “Kalu memang ada kesalahan kenapa selama ini uang tunjangan terus ditransfer,” tukas Tugiran.