Jogja
Sabtu, 18 November 2017 - 15:20 WIB

Hadiri Milad di Kraton, Mendagri dan Kapolri Ungkap Pentingnya Muhammadiyah untuk Indonesia

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - (Mendagri) Tjahjo Kumolo berbicara dalam Milad Muhammadiyah ke-105 yang digelar di Pagelaran Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Jumat (17/11/2017) malam. (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Milad Muhammadiyah ke-105 yang digelar di Pagelaran Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

 

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Milad Muhammadiyah ke-105 yang digelar di Pagelaran Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Jumat (17/11/2017) malam dihadiri sejumlah pejabat pemerintahan pusat hingga pimpinan partai politik. Di antaranya Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian.

Dalam kesempatan tersebut keduanya juga mengucapkan selamat untuk Muhammdiyah yang telah berjasa membangun bangsa, “Selama NKRI ada, maka Muhammadiyah harus tetap ada,” kata Mendagri Tahjo Kumolo.

Sementara Tito Karnavian mengatakan peran Muhammadiyah penting untuk merekatkan bangsa. Menurut dia, Muhammadiyah bukan hanya sekedar salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia, namun juga tapi pendiri bangsa.

Advertisement

“Maka Muhammadiyah punya kewajiban moral untuk menjaga bangsa agar tetap bediri dan kokoh,” kata Tito.

Tito juga mengungkapkan kekagumannya terhadap visi pendiri Muhammadiyah Ahmad Dahlan yang memfokuskan pada tiga hal, yakni pendidikan, kesehatan, dan sosial. Ketiga hal tersebut diakui Tito sebagai bagian dari kebangkitan. Ia mencontohkan Singapura yang terus maju karena pendidikannya. “Ekonomi akan bangkit kalau punya pendidikan bagus,” ujar dia.

Selain Mendagri dan Kapolri, terlihat juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal DIY Hafidh Asrom, Ketua Umum PPP Romahurmuziy, dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Advertisement

Sultan hadir sekaligus menerima penghargaan Muhammadiyah Award karena kontribusinya terhadap sejarh perjalanan Muhammadiyah. Selain Sultan, dua penerima Muhammadiyah Award lainnya adalah Mitsuo Nakamura dan Ahmad Roemani.

Nakamura berjasa karena hampir setengah abad telah meneliti sejarah Muhammadiyah di Kotagede yang kemudian dibukukan dengan judul ‘Bulan Sabit Terbit di Atas Pohon Beringin’. Sementara Roemi merupakan tokoh Nadhdlatul Ulama (NU) yang mewakapkan hartanya untuk perjungan Muhammdiyah di Semarang Jawa Tengah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif