Jogja
Selasa, 27 September 2011 - 14:29 WIB

Hanya 10 museum di DIY yang layak promosi ke luar negeri

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—Sebagian besar museum di Jogja dianggap tak layak dipromosikan ke luar negeri. Jumlah kunjungan ke museum di Kota Gudeg ini pun tercatat sangat sedikit.

Kepala Dinas Pariwisata DIY, Tazbir Selasa (27/9) mengungkapkan, dari total 40 museum yang ada di Jogja baik yang dikelola pemerintah maupun swasta hanya 10 museum yang layak dipromosikan ke luar negeri. Menurutnya banyak hal yang menyebabkan museum di Jogja tak layak dipromosikan. Mulai dari kondisi fisik hingga pengelolaannya.

Advertisement

“Hanya 10 yang layak promosi di antaranya museum Ulen Sentalu di Kaliurang, lainnya belum. Ini menjadi keprihatinan kita semua,” terang Tazbir usai membuka workshop Menjadikan Museum Pusat Sinergi Sebagai Penjaga dan Mempertahankan Ideologi Bangsa Serta Tujuan Wisata Kebangsaan.

Lantaran kondisi itulah, kunjungan wisatawan ke museum tercatat sangat kecil. Pada 2008 dan 2009 misalnya kunjungan wisatawan asing ke museum tak sampai 200.000 sedangkan kunjungan wisatawan nusantara pada 2008 hanya sekitar 800.000 lebih dan mencapai 1 juta lebih pengunjung pada 2009.

Padahal menurutnya, sekolah-sekolah sudah banyak yang bekerjasama dengn pengelola untuk mengajak para siswa mengunjungi museum. Ia membandingkan, di luar negeri minat wisatawan berkunjung ke museum sangat tinggi karena pengelolaanya sangat baik. “Di luar negeri kalau museum sangat banyak pengunjungnya, karena apa pengelolaanya bagus, dari aspek ruangannya bagus, display-nya menarik, koleksinya. Karenanya workshop ini untuk membangkitkan perhatian kita kepada museum,” katanya.

Advertisement

Karenanya ke depan perlu dilakukan penggalakan promosi, perbaikan manajemen serta pengadaan sejumlah ajang seperti karnaval museum.

Terpisah, panitia workshop, Stefanus Palu Nung mengatakan, persoalan dana kemampuan SDM selama ini menjadi kendala dalam pengelolaan museum. “Dananya minim, juga SDM-nya tidak terlatih, makanya perlu ada latihan khusus untuk SDM ini,” ujar Stefanus.(Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif