JOGJA-Lebih dari seratus mahasiswa menggelar aksi menuntut penghapusan ujian nasional di hari pendidikan nasional, Kamis (2/5). Mereka membawa atribut kemahasiswaan dan replika pensil raksasa sebagai simbol gagalnya sistem pendidikan di Indonesia.
Aksi bermula dari Taman Parkir Abu Bakar Ali. Mahasiswa yang tergabung dalam gerakan menolak dijajah kembali (Monedjali) lalu bergerak menuju Gedung DPRD DIY. Namun sayang tak satupun anggota Dewan yang ngantor.
Promosi Moncernya Industri Gaming, Indonesia Juara Asia dan Libas Kejuaraan Dunia
Diketahui dalam agenda di Sekretariat Dewan, hanya tertulis jadwal hari itu adalah agenda masing-masing fraksi.
Komisi D, komisi yang terkait dengan pendidikan hari ini malah ke Magelang untuk studi banding kondisi rumah sakit jiwa di sana. Sementara komisi-komisi lainnya nglencer kunjungan kerja ke luar daerah.
Janu Ismadi, Wakil Ketua DPRD juga ikut meninggalkan gedung Dewan seusai mengikuti upacara Hardiknas di Mandala Krida pagi harinya. Menurutnya, memang harus ada yang ditinggal di Dewan untuk menampung aspirasi.
”Namun karena sampai jam 11 nggak ada apa-apa, saya pilih nyusul ke Magelang karena saya Koordinator komisi D,” katanya kepada Harian Jogja.
Kendati gedung Dewan mlompong, peserta aksi tetap berorasi sekitar setengah jam lamanya. Mereka lalu melanjutkan aksi long march menuju titik nol kilometer.
Menurut Koordinator Umum Aksi Wahid Hasyim gagalnya sistem pendidikan Indonesia karena pemerintah menerapkan sistem kapitalisme dalam dunia pendidikan. Sehingga pendidikan hanya terpusat di perkotaan. Akibatnya, masyarakat di pelosok tidak mendapatkan kesempatan pendidikan yang setara.
“Karena itu tak mengherankan jika ujian nasional tidak dapat dianggap sebagai parameter keberhasilan pembelajaran siswa,” tuturnya.