SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harga bahan bangunan di Jogja naik

Harianjogja.com, JOGJA-Memasuki November, komoditas bahan bangunan triplek dan besi beton naik. Kenaikan disinyalir sebagai dampak diberlakukannya tax amnesty atau amnesti pajak.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pemilik toko bangunan Oentoeng Jl. Godean Km.4 Sleman, Henry Gunawan mengatakan, kenaikan triplek ukuran 8mm mencapai 10%, dari harga Rp88.000 per lembar sekarang sudah mencapai Rp96.000 per lembar. Kenaikan ini menurutnya cukup lumayan sehingga mempengaruhi kondisi penjualan triplek di tokonya.

“Alasannya sekarang banyak pabrikan membebankan pajak pertambahan nilai [PPN] ke konsumen, karena efek tax amnesty beberapa waktu yang lalu,” katanya, Senin (7/11/2016).

Menurutnya, pencatatan perpajakan pabrik saat ini banyak memasukkan komponen PPN ke dalam harga pembelian konsumen karena banyak pabrikan besar yang mulai melakukan pembenahan pungutan perpajakan yang selama ini kurang diperhatikan.

Efek samping dari kenaikan harga ini membuat pasar pedagang eceran semakin lesu karena kebanyakan dari mereka belum memiliki sistem pencatatan mengenai perpajakan yang baik. Hal ini membuat mereka tidak mau dikenai pajak pertambahan dan memilih menunda pembelian.

Bersambung halaman 2

Pedagang bahan bangunan eceran menurutnya menjadi pasar yang sensitif dengan harga, sehingga mereka rata-rata masih menunggu harga bahan bangunan mulai stabil kembali sebelum membelinya. Hal ini pun membuat pasar bahan bangunan semakin tidak bergairah.

Menurutnya material pada pasar bahan bangunan memang selalu berkontraksi menjelang akhir tahun seperti ini sehingga para pedagang eceran juga sudah melakukan persiapan dengan menyetok barang pada bulan-bulan sebelumnya.

Hal ini membuat para pedagang besar semakin gamang dengan masa depan bisnis mereka di tahun ini karena di satu sisi pemerintah menggalakkan pungutan pajak tetapi dari pasar yang ada tidak siap secara administrasi untuk menyikapi pungutan tersebut.

Ia melihat para pedagang besar sekarang juga bingung menyiasati kenaikan-kenaikan harga karena situasi yang terjadi lebih rumit dari biasanya. “Jadi butuh penjelasan yang lebih panjang terhadap konsumen kami. Yang jadi masalah itu, tidak semua konsumen bisa menerima situasi ini. Kebanyakan mereka akhirnya menunda pembelian. Mereka menganggap pedagang besar pada bermain harga,” katanya.

Belanja pemerintah yang seharusnya besar di akhir tahun juga belum dirasakan para pebisnis bahan bangunan sepertinya. Menurut Henry banyak proyek-proyek yang tertunda karena harga yang tidak cocok. “Semua memilih untuk wait and see,” tandasnya.

Selain triplek, besi beton juga ijut terkerek. Harga semua produk besi beton naik rata-rata 5-8% mulai awal Oktober sampai saat ini. Produk besi WF yang awalnya sekitar Rp8.600/kg sekarang sudah menyentuh Rp9000/kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya