SOLOPOS.COM - Pembagian beras untuk rakyat miskin daerah (raskinda) merupakan salah satu upaya menanggulangi kemiskinan di Tanah Air. (Dok/JIBI/Solopos)

Harga beras naik disebabkan sejumlah faktor, di antaranya adalah tidak adanya beras untuk warga miskin (raskin) beberapa waktu terakhir
Harianjogja.com, JOGJA- Kepala Bulog Divre DIY, Langgeng Wisnu Adinugroho menjelaskan kenaikan harga beras di pasaran disebabkan beragam faktor, antara lain tidak digelarnya pembagian raskin semenjak tiga bulan.

“Para penerima raskin membeli beras di pasar.  Permintaan menjadi semakin tinggi,” katanya, Rabu (25/2/2015).

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

Kenaikan harga juga disebabkan kemarau panjang pada 2014, sehingga masa tanam dan panen mengalami kemunduran.

“Stok kami saat ini 8.753 ton, ada tambahan dari Divre Jawa Timur 4.000 ton, dan dari Solo 3.000 ton beras. Melihat itu stok aman untuk tiga bulan ke depan,” ujarnya.

Rochimawati, warga Taman Siswa, meski terjadi kenaikan harga beras, tidak ada yang banyak berubah dari keputusan pembelian yang ia lakukan.

“Biasanya beli beras yang harga Rp11.000 per kg, tapi kini beras tersebut menjadi Rp13.000 per kg. Ketika beli saya lihat dulu, kalau beras dengan harga Rp11.000 per kg di saat ini kualitasnya bagus, saya ambil yang Rp11.000 per kg, kalau jelek, tetap beli yang Rp13.000 per kg,” paparnya.

Salah satu pembeli beras operasi pasar murah (OPM) di Pasar Lempuyangan, Toyibah, warga Bausasran menguraikan dirinya merasa terbantu dengan adanya OPM. Karena bisa mendapatkan beras dengan harga lebih murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya