SOLOPOS.COM - Ilustrasi peternakan ayam (JIBI/Solopos/Suharsih)

Harga yang dipatok pedagang sering melebihi harga ideal.

Harianjogja.com, JOGJA-Harga daging ayam broiler di pasar tradisional kerap kali tidak wajar. Harga yang dipatok pedagang sering melebihi harga ideal.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Ketua Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta (Apayo) Hari Wibowo mengatakan, saat kondisi normal atau saat bukan Lebaran, harga jual ayam hidup dari peternak adalah Rp17.000 per ekor. Setelah memperhitungkan biaya penyusutan dan ongkos pemotongan yang ditafsir sekitar Rp2.000, harga ideal yang dijual di tingkat pedagang di pasar seharusnya hanya Rp28.500 per kg.

Rumusnya, tutur Hari, Rp17.000 ditambah Rp2.000 dikalikan 1,5. Angka 1,5 ini diperoleh atas pertimbangan setiap 1,5 kg karkas ayam menghasilkan 1 kg daging ayam. Harga ideal ini menurutnya harga yang recomended untuk semua lini, baik dari peternak, pedagang, maupun konsumen. Masing-masing telah mendapatkan keuntungan dari harga tersebut.

Menurut Hari, jika pedagang mau menjual dengan harga Rp28.500 per kg, pedagang masih memperoleh keuntungan dari jeroan, sayap, dan kepala yang jika dihitung bisa mencapai Rp2.500. “Kalau ambil untung agak banyak ya masih bisa. Paling nambah Rp1.000 sampai Rp2.000,” ujar Hari saat ditemui di kediamannya, Kamis (14/7/2016).

Harga pasca Lebaran saat ini juga masih dinilai cukup tinggi. Pada hari Kamis kemarin, Hari menjual ayam dengan harga Rp19.000 per ekor. Jika dihitung dengan rumus harga ideal, seharusnya di pasar hanya dijual Rp31.500 per kg. Yang terjadi, harga di pasar masih sekitar Rp38.000 per kg.

“Semakin turun dari Lebaran kemarin tapi tetap masih tinggi,” kata Jasman, pedagang daging ayam di Pasar Kranggan.

Melihat kembali saat Lebaran lalu di mana harga di pasaran mencapai Rp42.000, hal tersebut jauh melampaui harga ideal. “Saat itu kami memang jual Rp21.000 [per ekor] karena Lebaran. Sampai pasar, harganya tinggi sekali,” keluh Hari.

Jika kembali dihitung menggunakan rumus, harga ideal di pasaran seharusnya hanya Rp34.500 per kg. Maksimal pedagang bisa menjualnya Rp36.000 per kg tetapi yang terjadi harga ayam fantastis hingga hampir menembus Rp45.000 per kg.
Ia memang tidak menyangkal jika momentum Lebaran kemarin para peternak ayam potong sengaja menaikkan harga menjadi Rp21.000 per ekor. Tujuannya untuk mengambil keuntungan yang banyak guna menutup kerugian yang dialami peternak saat permintaan sepi.

Saat permintaan sepi, peternak banyak menanggung rugi. Jika dihitung kerugiannya mencapai Rp3.000 per ayam. Oleh karena itu, momentum Lebaran kemarin menjadi peluang untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh.

“Kalau kita inginnya flat. Setiap waktu [harganya] sama, tidak melihat low season atau peak season. Tapi kenyataannya tidak bisa, maka kita lakukan ini [ambil untung besar saat Lebaran untuk menutup kerugian saat low season],” ujar pria yang memiliki kandang ayam di daerah Gunungkidul ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya