SOLOPOS.COM - Petani di Jongkangan, Tamanmartani, Kalasan memanen padinya, Senin (12/3/2018). (Harian Jogja/Abdul Hamid Razak)

Banyaknya petani yang memanen padi memicu anjloknya harga gabah kering

Harianjogja.com, SLEMAN-Banyaknya petani yang memanen padi memicu anjloknya harga gabah kering panen (GKP). Hal inilah yang lantas membuat mereka mengeluh lantaran merugi.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Supardi, petani di Dusun Babadan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak mengatakan anjloknya harga gabah erat kaitannya dengan banyaknya stok gabah seiring masa panen raya. Kondisi tersebut juga diperparah dengan tidak berubahnya karena permintaan.

“Jadi memang biasa kalau pas panen harga gabah turun,” ucap Supardi saat ditemui di lahan miliknya, Senin (12/3/2018).

Dia menjelaskan, harga GKP saat ini dipatok di bawah Rp5.000 per kilogram. Harganya terus turun semenjak beberapa daerah melakukan panen raya. “Pelan-pelan turun sekitar Rp1.000. Ini bisa turun lagi harganya karena belum semua panen. Ya semoga turunnya tidak sampai Rp3.000,” katanya.

Wagiran, petani asal Jongkangan, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan mengatakan harga gabah terus mengalami penurunan seiring kian bertambahnya titik panen. Penurunan itu, kata dia terjadi sejak Januari lalu. “Januari lalu harga gabah sekitar Rp5.600 per kilogram, saat ini sudah dijual di bawah Rp5.000 per kilogram,” ucapnya.

Tak pelak hal itu menyebabkan dia merugi. Pasalnya ongkos produksi dalam menanam padi, dinilainya lebih besar jika dibandingkan hasil yang diperoleh. “Waktu harga beras masih Rp12.000 per kilogram, GKP dipatok Rp600.000 per kuintal. Sekarang harga beras turun jadi Rp8.000 per kilogram. Lumayan rugi. Hasil panen saya pakai konsumsi keluarga saja,” kata Wagiran.

Kerugian tidak hanya karena biaya produksi selama musim tanam saja, tetapi juga terkait dengan modal untuk musim tanam berikutnya. Dia berharap harga bibit dan pupuk nenti tidak terlalu mahal agar dapat kembali menanam.

“Yang ini sawah saya sendiri, petak lainnya saya sewa,” kata anggota Kelompok Tani Pengudi Luhur ini.
Kepala Bidang Pertanian Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman Rofik Ardiyanto mengakui adanya penurunan harga GKP tersebut. Ia bahkan sempat mengecek ke wilayah Tempel di mana harga GKP turun antara Rp800 hingga Rp1.300 per kg.

“Tadi saya sempat cek di petani wilayah Tempel harga GKP sekitar Rp4.200 per kilogram,” ujarnya.

Padahal, kata Rofik, saat harga beras naik Rp12.000 ke atas harga GKP mencapai Rp5.000 hingga Rp5.500 per kilogram. Penurunan harga gabah tersebut terjadi sejak pertengahan Februari. Kemungkinan akan berlanjut hingga akhir Maret. Ini terjadi lantaran Sleman mulai memasuki masa panen raya.

“Otomatis jumlah padi melimpah dan harga masuk mekanisne pasar. Akibat ketersediaan melimpah maka harga akan turun,” jelasnya.

Agar tidak mengalami kerugian, Dinas mendorong agar para petani melakukan budidaya pertanian sesuai baku teknis. Dengan mekanisme tanam padi-padi-palawija atau sesuai kondisi area pertanian, diharapkan petani dapat menekan angka kerugian.

“Kalau pengelolaan pertanian sesuai baku teknis maka produksi dan produktifitas akan meningkat. Jika harga GKP terus turun, namun dengan tingginya produksi maka nilai pendapatan petani akan tetap bahkan lebih tinggi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya