SOLOPOS.COM - KENAIKAN GAS ELPIJI 12 KG Pekerja menata tumpukan gas elpiji 12 kg di salah satu agen di Jakarta, Selasa (2/1). Untuk menekan kerugian bisnis elpiji 12 kg yang mencapai rata-rata Rp6 triliun per tahun, Pertamina menaikkan harga elpiji nonsubsidi tabung 12 kg secara serentak di seluruh Indonesia dengan rata-rata kenaikan di tingkat konsumen sebesar Rp3.959 per kg atau 68% menjadi Rp117.708 per tabung setelah harga sebelumnya Rp70.200 per kg.

Harga gas elpiji non subsidi turun Rp6.400 per tabung

Harianjogja.com, JOGJA– PT Pertamina (Persero) kembali melakukan penyesuaian harga Elpiji 12kg menjadi Rp135.000 per tabung. Harga gas non subsidi tersebut untuk wilayah DIY turun sebesar Rp6.400 per tabung dari harga sebelumnya sebesar Rp142.000 per tabung.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Marketing Branch Manager Pertamina DIY Freddy Anwar mengatakan, harga gas elpiji non subsidi untuk wilayah DIY turun Rp6.400 per tabung. Besaran penurunan gas non subsidi tersebut dilakukan didasarkan beberapa faktor termasuk. Seperti harga contract price Saudi Aramco dan kurs dolar AS terhadap rupiah. Harga baru untuk gas bersubsidi tersebut berlaku mulai 16 September kemarin.

“Penurunan harga ini diharapkan bisa menaikkan konsumsi penjualan gas 12kg dan juga bright gas. Dalam kondisi seperti saat ini, dengan penurunan harga tersebut setidaknya penjualan gas non subsidi bisa sebesar lima persen,” kata Freddy saat dihubungi Harian Jogja, Rabu (16/9/2015).

Menurutnya, penjualan gas non subsidi ukuran 12 kg selama tahun ini turun 30%. Jika selama 2014 rata-rata penjualannya sebanyak 130.000 tabung per bulan, tahun ini rata-rata penjualannya menjadi 115.567 tabung per bulan. Sementara, penjualan bright gas mengalami kenaikan hingga 200% dibandingkan Agustus 2014. Data penjualan bright gas pada Agustus lalu sebanyak 5.800 tabung.

Freddy menyampaikan, jika sebelumnya gas non subsidi isi 12 kg regular dipatok Rp142.000 per tabung maka saat ini harganya menjadi Rp135.600 per tabung untuk tingkat agen. Sementara, untuk harga bright gas juga mengalami penurunan harga, dari sebelumnya Rp149.000 menjadi Rp142.600 per tabung untuk tingkat agen.

“Tetapi, di tingkat pengecer harganya bisa bervariasi bergantung pada jarak Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) terhadap supply point nya. Stok gas elpiji di DIY tidak ada masalah, meskipun ada kenaikan konsumsi untuk gas 3 kg sebesar 15%. Kami bahkan menaikkan kuota distribusi gas bersubsidi tersebut sebesar 10 persen,” terangnya.

Penurunan harga gas non subsidi tersebut juga diamini pengelola pangkalan gas elpiji UD Wina Putra Jaya, Ari Fatkhan. Menurutnya, saat ini ditingkat pangkalan harga jual gas 12 kg dipatok Rp136.000 per tabung. Sementara bright gas dijual Rp139.000 per tabung.

“Turunnya hanya Rp6.000 per tabung. Meski begitu, penjualan gas 12 kg baik regular maupun bright gas sampai saat ini masih belum ada perubahan,” ujarnya.

Dia berharap, penurunan harga gas non subsidi tersebut bisa menaikkan tingkat penjualan yang selama ini dinilai stagnan. “Setiap hari kami hanya bisa menjual 40 tabung gas 12 kg regular dan 10 bright gas saja. Tidak ada peningkatan. Mungkin untuk bright gas masih kurang sosialisasi,” terang Ari.

Menurut pengecer gas 12 kg, Wahyu warga Sariharjo Ngaglik, Sleman, sejak harga gas non subsidi mengalami kenaikan beberapa waktu lalu, penjualan dan pasokan ke tempatnya dikurangi. Dia berharap dengan penurunan harga gas tersebut bisa kembali meningkatkan penjualan gas 12 kg.

“Kalau sebelumnya saya menjual Rp145.000 per tabung, sekarang turun menjadi Rp139.000 per tabung. Jualnya susah, paling dalam semingu yang laku satu saja,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya