GUNUNGKIDUL—Di musim panen, harga jagung di sebagian wilayah Gunungkidul turun menjadi Rp2.000 per kilogram. Sejumlah petani pun mengeluhkan kondisi tersebut karena jumlahnya tidak sebanding dengan pengeluaran dan usaha mereka.
Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius
Fajar Riyatni, 36, petani palawija Ploso Doyong, Ngalang, Gedangsari mengungkapkan, harga jual jagung saat ini sekitar Rp2.000 per kilogram dibeli oleh pengepul untuk dijadikan makanan ayam. Sedangkan harga jagung di musim biasa mencapai Rp2.500 per kilogram.
“Dengan harga segitu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari,” katanya kepada Harian Jogja, Selasa (14/2).
Pengeluaran terbesarnya jatuh pada pembelian bibit serta pupuk. Untuk satu kilogram bibit jagung seharga Rp40.000, Fajar mengaku hanya dapat menghasilkan sekitar 50 kilogram jagung. Sedangkan untuk pupuk, Fajar menggunakan pupuk urea sebanyak dua kali dengan harga Rp200.000 per kuintal yang cukup untuk tanah satu hektar.
Pengeluaran tersebut masih ditambah biaya perawatan jagung serta pembelian pestisida untuk menghalau hama. Menurut Fajar, proses penanaman jagung di tempatnya sangat sulit. Apalagi dengan siklus masa panen satu kali setahun. Pada panen kali ini, Fajar hanya mendapatkan sekitar empat kuintal jagung basah dari lahannya seluas satu hektar.
Hal senada diungkapkan Zanah Nur Rahmiyati, 39, petani palawija asal Ploso Doyong, Ngalang, Gedangsari. Menurut dia, harga jual hasil panen tidak memuaskan. Dia pun harus mengakalinya dengan menanami tanaman lainnya untuk menutupi kebutuhannya, antara lain padi dan kacang.(Harian Jogja/Garth Antaqona)