SOLOPOS.COM - JIBI/SOLOPOS/ Sunaryo Haryo Bayu Pekerja sedang menimbang gula yang dkemas dalam plastik di Pasar legi, Solo, Selasa (10/5). Menjelang musim giling saat ini harga gula naik dari Rp12.000,- per Kg menjadi Rp15.000,- per Kg, namun diperkirakan harga akan kembali stabil setelah pabrik gula mulai berproduksi.
Harga kebutuhan pokok untuk komoditas gula pasir di Gunungkidul tembus Rp17.000 per kilogram
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Adanya kelangkaan gula pasir di pasar di Gunungkidul, di pasaran juga sudah mulai beredar gula rafinasi.
Secara kualitas, jenis ini kurang bagus karena kurang layak konsumsi. “Biasanya gula jenis ini memiliki ciri fisik putih seperti Kristal. Adapun harganya juga lebih rendah dari gula jenis biasa,” kata Bambang Edi Waluyo, pemilik toko kelontong di Desa Gedangrejo, Karangmojo, Rabu (15/6/2016).
Keberadaan gula rafinasi di pasaran dibenarkan oleh Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY Syam Arjayanti saat melakukan pemantauan harga-harga di Pasar Argosari, Wonosari.
Menurut dia, keberadaan gula rafinasi tidak lepas dari harga gula yang terus melambung. “Sebenarnya gula rafinasi tidak layak konsumsi, karena jenis ini untuk industri,” kata Syam.
Dia berpendapat, kenaikan gula terjadi karena adanya kelangkaan. Kondisi ini terjadi karena stok persediaan menipis, sedangkan dari sisi produksi masih dalam tahap pengolahan. “Bisa dilihat di Pabrik Gula Madukismo, di sana truk-truk masih mengantre menurunkan tebu untuk proses penggilingan,” ungkpanya.
Dari pantauan yang dilakukan BPKP, selain gula pasir, kenaikan juga terjadi terhadap beberapa komoditas lain. Syam mencontohkan, daging ayam naik Rp2.000 menjadi Rp32.000 per kilogram, gula jawa dari Rp22.000 menjadi Rp23.000 per kg.