SOLOPOS.COM - Salah satu pedagang sayuran, Yati (kanan), berbincang dengan pedagang sayuran lainnya (kiri) di Pasar Kranggan, Rabu (6/4/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Harga kebutuhan pokok untuk komoditas tomat melambung

Harianjogja.com, JOGJA-Harga tomat di pasaran melambung tinggi. Biasanya hanya Rp7.000 per kg kini pedagang menjual dengan harga Rp15.000 per kg.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Selain harganya yang terbilang mahal, tomat juga mudah membusuk. “Biasanya bisa tahan seminggu sekarang cuma dua hari. Makanya kalau kulakan saya pilih tomat yang agak keras,” kata pedagang sayuran di Pasar Kranggan, Yati, Rabu (6/4/2016).

Ia menyebut, mahalnya harga tomat dikarenakan musim hujan yang sedang berlangsung. Biasanya, kata Yati, tanaman tomat saat musim hujan mudah mati. Buahnya juga kecil dan mudah busuk.

Keuntungan yang ia peroleh semakin berkurang. Saat harga tomat di bawah Rp10.000, ia mampu mengambil keuntungan Rp1.000 per kg. Sebaliknya pada musim hujan seperti ini, ia hanya untung Rp500 bahkan pernah tidak menerima untung sama sekali.

Pedagang sayuran lainnya, Ayem, mengatakan, pedagang harus berhati-hati membeli sayuran pada musim seperti ini. Tidak hanya tomat, daya tahan sayuran lainnya seperti bunga kol dan brokoli pun semakin menurun.

“Kol itu kalau sudah tiga hari jadi hitam-hitam. Harganya juga mahal. Sekarang Rp25.000 kemarin cuma Rp20.000,” kata pedagang asal Gamping, Sleman ini.

Sayuran yang harganya juga naik adalah bayam. Ayem sebelumnya menjual Rp1.500 per ikat sekarang sudah Rp2.000. Sementara harga kebutuhan dapur yang masih tinggi adalah bawang merah dan bawang putih. Keduanya masih dijual di kisaran Rp40.000 hingga Rp45.000 per kg.

Bagi kalangan ibu rumah tangga, kenaikan bayam, tomat, dan bunga kol tidak terlalu berpengaruh pada aktivitas rumah tangga karena ada alternatif sayuran lain yang dapat menggantikan sayuran yang harganya mahal.

“Kalau tomat mahal ya nggak pake tomat. Kalau brambang [bawang merah]  mahal ya yang biasanya pakai lima dikurangi jadi tiga,” ujar ibu rumah tangga asal Gamping ini.

Menurut dia, yang lebih terdampak dengan kenaikan harga sayuran dan bumbu dapur adalah pengusaha warung makan. Hal ini dibenarkan oleh Radik, warga Sleman yang berjualan bakmi jawa. Bagi dia jika porsi bawang putih dikurangi karena harganya mahal, maka akan mempengaruhi rasa bakmi yang dijual.

“Nanti pelanggan lari kalau rasanya beda,” kata dia.

Oleh karena itu, tinggi rendahnya harga bawang putih tetap tidak mempengaruhi jumlah pembelian terhadap salah satu bahan masakan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya