SOLOPOS.COM - Ilustrasi penjualan gula (JIBI/Solopos/Dok.)

Harga kebutuhan pokok untuk komoditas gula pasir melambung tinggi

Harianjogja.com, JOGJA-Harga gula pasir yang belum menunjukkan penurunan membuat Perum Bulog Divre Daerah Istimewa Jogja (DIY) mencari cara lain untuk mampu menekan harga salah satu komoditas pangan ini.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Kepala Perum Bulog Divre DIY Sugit Tedjo Mulyono mengatakan, setelah banyak melakukan operasi pasar di pusat-pusat keramaian seperti pasar tradisional, kini Bulog akan melakukan perubahan penyaluran komoditas dengan menyasar operasi pasar di kampung-kampung atau pedusunan. Rencana ini akan direalisasikan tidak lama lagi.

“[Operasi pasar di kampung-kampung] Akan kita mulai khusus untuk gula pasir yang [harganya] nggak mau turun,” kata Sugit, Minggu (12/6/2016). Bulog menawarkan gula pasir dengan harga Rp12.500 per kg.

Adanya operasi pasar di kampung-kampung seperti ini ada yang secara khusus diminta oleh pihak masyarakat karena mengingat harga gula pasir yang dijual di daerahnya sudah tidak wajar.

Di pasar tradisional besar seperti di Beringharjo sudah dijual dengan harga Rp15.500 hingga Rp16.000 per kilogram (kg) sementara di warung kelontong di daerah pedesaan bisa mencapai Rp17.000 per kg.

“Operasi pasar di kampung-kampung akan terus kita tambah. Ada pula permintaan dari media massa yang dilaksanakan di kampung-kampung,” ucap Sugit.

Operasi pasar yang diselenggarakan langsung di pemukiman warga ini untuk melayani masyarakat yang selama ini belum terjangkau operasi pasar di pasar tradisional besar di Kota Jogja seperti Pasar Beringharjo, Kranggan, dan Demangan.

Masyarakat yang tidak berbelanja di pasar tradisional besar di Kota Jogja tapi hanya mengandalkan warung kelontong di kampungnya, bisa turut menikmati gula pasir dengan harga murah.

Sebelumnya saat ditemui di kantornya, Sugit juga pernah menyampaikan bahwa operasi pasar di kampung tidak kalah efektif dengan di pasar tradisional.

“Sultan [HB X] sudah pernah menyampaikan ide ini. Operasi pasar sudah bukan lagi di pasar, tapi di kampung-kampung agar saat [operasi pasar] di pemukiman, warga ramai berbondong-bondong ke situ, lalu pasar kemudian menurunkan harganya,” terang Sugit.

Menanggapi adanya operasi pasar di kampung-kampung ini, salah satu ibu rumah tangga di Patuk, Gunungkidul, Trisnawati menyambut gembira. “Wah syukur sekali kalau Bulog masuk kampung masalahnya di tempat saya sampai Rp16.000. Saya lihat di berita kok operasi pasar hanya di pasar-pasar besar di Jogja. Lha kita kan jauh kalau mau ke sana,” kata dia.

Dengan adanya operasi pasar seperti ini, masyarakat di pedesaan turut menikmati gula pasir murah yang disediakan Bulog. “Tidak ada kecemburuan juga akhirnya,” lanjut dia.

Hal yang sama juga disampaikan Slamet, salah satu penjual kue Lebaran di Desa Bimomartani, Ngemplak, Sleman. Jika Bulog akan menggelar operasi pasar di kampungnya, ia akan memilih untuk membeli gula pasir dari Bulog daripada membeli di warung kelontong yang harganya sampai Rp16.000 per kg.

“Untung jualan kue saya jadi lebih besar. Kalau harganya [gula pasir] Rp16.000, untungnya mepet,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya