SOLOPOS.COM - Pabrik tahu
Harian Jogja.com, BANTUL–Sentra industri tahu terbesar di Kabupaten Bantul terancam gulung tikar menyusul harga kedelai yang kian tak terkendali.
Saat ini, sebanyak 61 pengusaha tahu di Dusun Gunungsaren, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, mengaku hanya kuat bertahan hingga sebulan ke depan apabila harga kedelai tak segera turun.
Ketua Paguyuban Perajin Tahu Ngudi Lestari Dusun Gunungsaren, Kasmaini, mengaku para perajin hanya mampu bertahan hingga dua bulan ke depan untuk mampu membeli harga kedelai impor yang kini harganya mencapai Rp9.500 per kilogram dari harga semula Rp7.300.
“Kekuatan modal perajin tahu di sini sangat terbatas. Kalau harga kedelai tidak kembali pulih, dipastikan akan banyak perajin yang bangkrut,” kata Kasmaini saat ditemui Harian Jogja.com, Senin (2/9/2013).
Agar bisa bertahan, saat ini para perajin terpaksa memperkecil ukuran tahu. Meski demikian, upaya ini juga tak mampu memberikan keuntungan.
Salah satu perajin tahu, Muji Raharjo, mengaku masih mencoba berproduksi meski harga kedelain terus naik. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemutusan kerja para karyawan. “Kami mencoba bertahan demi pelanggan dan agar tidak terjadi pemecatan terhadap pekerja,” ujarnya.
Menyikapi persoalan ini, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindakop) Bantul, Sulistyanta, memastikan seluruh industri tahu di Bantul masih kuat bertahan hingga sebulan kedepan.
Sulistyanta mengaku sudah berkoordinasi dengan Pemerintah DIY yang menjanjikan bakal memasok 2.600 ton kedelai impor melalui Bulog untuk mencukupi kebutuhan kedelai di DIY.
“Paling lama akhir September ini para perajin sudah bisa memperoleh kedelai itu dengan harga tidak lebih dari Rp8.000 per kilo gram,” ujarnya.