Jogja
Kamis, 19 September 2013 - 11:05 WIB

Harga Kedelai Tinggi, Pengrajin Makin Terjepit

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembuatan tempe (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Ilustrasi pembuatan tempe (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Harianjogja.com, JOGJA – Tingginya harga kedelai membuat perajin tahu tempe dan industri minuman berbahan baku kedelai semakin terjepit.

Advertisement

Para pelaku usaha ini memilih untuk tidak menaikkan harga meskipun kini biaya produksi semakin membengkak lantaran tingginya harga bahan baku.

Pemilik pabrik tempe Super Dangsul Viska Syahrul mengungkapkan, saat ini pihaknya hanya mampu mengurangi porsi kedelai di setiap bungkus tempe yang diproduksinya. Selain itu, mengatasi tingginya harga kedelai pihaknya lebih memilih menambah varian tempe yang diproduksi.

“Saya menambah satu varian ukuran tempe. Varian barunya ukuran 7,5 ons dan dijual dengan harga Rp7.000 per bungkus,” ujar Syahrul, Rabu (18/9/2013).

Advertisement

Apabila nanti harga kedelai diputuskan naik lagi. Syahrul mengaku akan menghilangkan varian tempe yang paling kecil dan menggantinya dengan ukuran yang lebih besar.

Selama ini ada beberapa varian ukuran tempe yang dijualnya. Antara lain harga Rp2.000, Rp2.500, Rp3.500, Rp5.000 dan Rp7.000 per bungkus.

“Kalau harganya [kedelai] naik lebih tinggi lagi, maka varian yang akan dibuat juga lebih besar lagi. Varian terkecil yang harganya Rp2.000 tidak akan diproduksi lagi,” jelasnya.

Advertisement

Industri rumah tangga pengolahan kedelai menjadi susu kedelai juga mulai merasa terdampak oleh naiknya harga kedelai.

Rahayu Widowati, pemilik usaha susu kedelai Bu Ade mengungkapkan saat ini dirinya masih bertahan dengan harga lama. Selain harus menghadapi harga kedelai yang tinggi, industri ini juga harus menghadapi kenaikan harga packaging yakni cup gelas dan plastik.

“Cup dan plastik sekarang juga ikut naik. Selisihnya jauh sekali, dari biasanya beli Rp185.000 jadi Rp205.000 untuk beberapa slot. Saya tetap pertahankan harga lama, tapi konsekuensinya omzet dan laba makin berkurang. Sekarang labanya turun sekitar 30 persen sampai 40 persen,” tandasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif