SOLOPOS.COM - Salah satu pasien katarak menjalani operasi di Puskesmas Mlati II Sleman, Kamis (29/10/2015). (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Hari Aids menjadi momentum bagi Dinas Kesehatan Sleman untuk menyiapkan Puskesmas agar bisa melayani VCT

Harianjogja.com, SLEMAN – Dinas Kesehatan (Dinkes) menargetkan sebanyak 25 Puskesmas di Sleman bisa melayani voluntary counselling and testing (VCT) bagi penderita HIV/AIDS.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Pelaksanaan VCT butuh anggaran besar karena harus mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) mulai dari dokter, perawat dan psikolog.

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sleman Novita Krisnaeni menjelaskan hingga 2015, baru 10 Puskesmas dan dua rumah sakit yang bisa melayani VCT bagi penderita HIV/AIDS.

VCT merupakan upaya untuk mencari dan menemukan pasien kemudian memberikan pendampingan. Sementara obat anti retrovilar (ARV) bagi penderita baru bisa diberikan oleh RSUP Sardjito dan RSUD Sleman. Jumlah layanan itu memang perlu ditingkatkan seiring banyaknya penderita yang menembus angka 700 orang.

“2016 target kami bisa menambah puskesmas yang bisa memberikan VCT dan ARV,” ungkap Novita, Senin (30/11/2015).

Memang tidak mudah untuk memberikan layanan VCT dan ARV. Karena selain kesiapan peralatan, puskesmas juga harus siap dengan SDM. Meski demikian, pada 2016, pihaknya menarget 25 Puskesmas di Sleman bisa melayani VCT. Pelayanan VCT diberikan oleh satu tim terdiri dari dokter, perawat, laboratorium dan psikolog.

Untuk bisa menambahkan jumlah Puskesmas bisa memberikan VCT, maka tim harus dipersiapkan lebih dahulu. Adanya alat dan tim khusus dalam menangani karena HIV/AIDS berbeda dengan penyakit lain dan lebih banyak penderita ingin merahasiakan.

“Agar Puskesmas bisa memberikan layanan VCT, maka harus ada persiapan SDM, reagen-nya, penyediaan sarana prasarana seperti laboratorium. Petugas harus dilatih, konselor juga dilatih. Satu tim berdiri dengan pemeriksaan berbeda,” ungkapnya.

Ia menambahkan 10 Puskesmas yang sudah bisa memberikan VCT telah melakukan program VCT mobile menyasar kelompok rawan dengan durasi tiga bulan sekali. Serta melakukan deteksi dini terhadap ibu hamil untuk langsung dilakukan tes HIV. Alasannya karena penderita juga sudah merambah ke ibu hamil. “Untuk ibu hamil tapi kita tawarkan lebih dahulu,” ucapnya.

Pihaknya terus menyasar kalangan rawan HIV/AIDS untuk mencari serya menemukan lalu memberi layanan pengobatan. Menurutnya sopir dinilai masuk dalam kategori rawan karena lebih sering berada di perjalanan dan berpotensi melakukan hubungan seks bebas karena jauh dari keluarga.

“Prinsipnya semua berpotensi, tapi yang lebih rentan seperti PSK [pekerja seks komersial], LSL [lelaki suka lelaki], termasuk sopir juga. Makanya, kami juga memberikan sosialisasi dan terjun langsung untuk para sopir di terminal,” imbuh dia.

Selain menambah jumlah Puskesmas yang bisa memberikan VCT, Dinkes Sleman juga akan menambah Puskesmas yang bisa memberikan ARV bagi penderita HIV. Hingga 2015, belum ada Puskesmas yang bisa memberikan obat ARV, karena itu pada 2016 ditarget ada lima Puskesmas yang mampu melayani ARV dengan memprioritaskan Puskesmas yang sudah bisa memberikan VCT.

Alasan tidak semua Puskesmas bisa memberi, lantaran ARV tergolong mahal. Sehingga untuk pasien HIA/AIDS di Sleman diberikan oleh RSUD Sleman dan RSUP Sardjito. “Saat ini kebanyakan di Sardjito pasiennya yang diberi ARV, di RSUD Sleman hanya ada dua pasien,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya