SOLOPOS.COM - Ilustrasi HIV/AIDS (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Hari Aids di Gunungkidul, Rifka Annisa Women Crisis Center (RAWCC) mengingatkan bahaya pacaran dan penularan HIV/AIDS

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan remaja, berkorelasi sebagai jalur penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV)- Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Kehamilan tak diinginkan ini juga merupakan salah satu penyebab pernikahan dini, yang masih menjadi persoalan besar di Kabupaten Gunungkidul.

Manajer Divisi Pengorganisasian Masyarakat dan Advokasi Rifka Annisa Women Crisis Center (RAWCC), Muhammad Thontowi pada Selasa (1/12/2015) mengatakan, kehamilan tidak diinginkan berasal dari tindak perilaku seksual tidak aman, sehingga jelas menjadi salah satu jalan penularan HIV/AIDS.

Hubungan seks tidak aman, diawali dari hubungan pacaran yang tidak sehat. Pacaran di kalangan remaja, dinilai Thontowi mulai terjadi pergeseran. Saat ini, pacaran merupakan hubungan yang dirasa harus disertai dengan hubungan seksual.

Padahal, relasi yang disebut pacaran, bisa saja terjadi bukan hanya antara sepasang orang, melainkan dengan dua atau tiga orang.

“10 persen hingga 20 persen dari responden penelitian [jumlah responden di atas 50 orang], mereka menyebut pacaran adalah hubungan yang disertai hubungan seksual. Kalau belum ada hubungan seksual, ya belum dianggap pacaran, ini yang kemudian menjadikan hubungan seksual pra nikah rentan menjadi jalur penyebaran HIV/AIDS,” ujarnya.

Sehingga, RAWCC juga menempuh sejumlah langkah untuk membangun penyadaran kepada remaja mengenai bahayanya hubungan seksual di luar nikah, dan materi mengenai relasi yang sehat antara laki-laki dan perempuan.

Pihaknya berharap, sekolah dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Gunungkidul memberikan materi mengenai pendidikan kesehatan reproduksi, agar remaja lebih paham.

Karena saat ini, remaja amsih banyak yang mendapatkan informasi yang salah mengenai kesehatan reproduksi, dari internet, yang bukannya memberikan pemahaman, justru informasi yang keliru dan disalahgunakan.

Sekretaris Disdikpora Kabupaten Gunungkidul, Bahron Rosyid mengungkapkan bahwa mengenai materi pendidikan kesehatan reproduksi, pihaknya memberikan alokasi waktu khusus, sementara yang memberikan materi adalah Dinas Kesehatan.

“Kalau untuk materi yang terintegrasi langsung, kita masukkan dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam seperti contohnya Biologi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya