SOLOPOS.COM - Foto Konvoi Kelulusan Siswa Jogja (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Hasil ujian nasional, perayaan kelulusan berupa konvoi mengganggu keamanan.

Harianjogja.com, SLEMAN– Perayaan kelulusan Ujian Nasional (UN) dengan cara konvoi tidak diperbolehkan. Selain mengganggu keamanan dan kenyamanan berlalu lintas, konvoi kelulusan yang dilakukan rentan menimbulkan bentrokan antarsiswa.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Kepala Bidang Kurikulum dan Kesiswaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Sleman Ery Wirdayana melarang adanya konvoi usai pengumuman kelulusan UN dan sekolah. Larangan tersebut dikeluarkan bukan tanpa alasan. Menurutnya, konvoi kelulusan sering kali mengganggu keamanan dan kenyamanan. Bahkan rentan menimbulkan bentrokkan antarsiswa.

Dikatakan dia, pengumuman kelulusan UN akan dilaksanakan pada Sabtu (7/5) ini.

“Terkait larangan konvoi atau arak-arakan ini sudah kami sampaikan kepada seluruh sekolah. Termasuk aksi corat-coret seragam siswa,” ujar Ery, Jumat (6/5/2016).

Disdikpora, ujar Ery, telah melakukan sejumlah langkah pencegahan agar pelajar tidak turun ke jalan. Salah satunya, pengumuman kelulusan dilakukan dengan seremonial dan pelajar diwajibkan mengenakan pakaian adat.

“Dengan cara seperti ini kami berharap aksi konvoi atau corat-coret seragam tidak dilakukan. Daripada corat-coret mending seragam yang tidak lagi digunakan disumbangkan,” ajak dia.

Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMA/MA Kabupaten Sleman, Tri Sugiharto menambahkan untuk mencegah aksi konvoi dan corat-coret seragam siswa-siswi perlu disibukkan dengan beragam kegiatan positif.

“Kalau mereka sibuk dengan kegiatan di sekolah masing-masing, mereka akan lupa untuk melakukan konvoi. Ini butuh kerjasama semua pihak,” katanya.

Dia mengakui, kegiatan seremoni kelulusan layaknya acara wisuda membutuhkan biaya namun hal itu  dinilai positif dibandingkan para siswa melakukan konvoi.

“Ini dilakukan untuk mencegah gangguan di jalan. Orangtua dan sekolah harus berkorban demi menciptakan ketertiban. Lebih baik seperti itu daripada anak-anak ribut di jalan,” ucap Tri.

Kepala SMAN 1 Kalasan itu menegaskan, mencegah aksi konvoi bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah. Orangtua berperan penting agar anak-anaknya tidak terlibat dalam euphoria kelulusan secara berlebihan. Baik sekolah maupun orangtua sama-sama mengawasi mereka.

“Kami sudah menyampaikan hal ini kepada para orangtua siswa yang akan lulus tahun ini. Termasuk para siswa sendiri,” ujarnya.

Selain itu, Tri menyampaikan kepada seluruh siswa yang terlibat konvoi akan sulit mendapatkan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB). Menurutnya konvoi dengan mencorat-coret baju seragam bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan. “Aksi itu mubadzir dan tidak bermanfaat,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya