SOLOPOS.COM - Ilustrasi protes kekerasan terhadap anak (Dok/JIBI/Solopos/Antara)

JIBI/Harian Jogja/Antara
Ilustrasi

Harian Jogja.com, SLEMAN – Belum selesai kasus pembunuhan anak di bawah umur dalam kasus tewasnya Nanda, Polres Sleman dikejutkan lagi pembunuhan yang melibatkan pelajar berinisial JW.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

JW merupakan salah satu dari ketiga tersangka yang ditangkap Polres Sleman, Rabu (17/7/2013) malam. Ia juga menjadi anggota geng atau gerombolan remaja.

Advokad Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Pranowo, Kamis (18/7/2013) menyatakan para remaja atau pelajar memiliki keberanian membunuh seringkali berawal atau dipicu dari geng atau gerombolan mereka.

Jika dianalisa rata-rata keterlibatan remaja atau pelajar dalam kasus pembunuhan, penganiayaan dilakukan lebih dari satu anak dengan berbekal pengetahuan dari gerombolan mereka.

Semakin ia terikat dengan gerombolan maka semakin berani melakukan tindakan. Karena mereka berpikiran jika terjadi sesuatu pada diri mereka ada yang akan membantu.
“Saya melihatnya setiap tindak penganiayaan kemudian pembunuhan itu selalu dilakukan lebih dari satu anak, kalau sendiri tidak berani mereka,” ungkapnya, Kamis (18/7/2013).

Hingga saat ini LPA DIY mencatat ada 11 geng pelajar di Jogja yang tersangkut hukum dalam kasus pembunuhan dan penganiayaan. Masih ada belasan hingga puluhan lainnya yang tidak terdeteksi nama gengnya. Polemik gerombolan atau geng pelajar di Jogja, lanjut dia, memang sudah sangat mengkhawatirkan.

Kualitas pergerakan mereka kian meningkat baik terutama dari sisi aksi melakukan tindak kriminal tanpa didasari risiko. Hal itu sangat mempengaruhi remaja atau pelajar yang lain untuk melakukan tindakan yang sama.

Terkait kasus JW, kata dia, hal itu bisa dipengaruhi oleh gerombolan mereka yang berada di luar sekolah. Justru hal ini yang seringkali membahayakan karena dari gerombolan luar sekolah itu kemudian diadopsi untuk masuk ke dalam ke dalam sekolah. “Kalau kita lihat kasus yang JW itu karena gerombolan dari luar sekolah, ini juga berbahaya,” imbuhnya.

Ia menyatakan pemerintah harus mampu mengurai keberadaan geng remaja di Jogja karena jika tidak akan menjadi seperti Jakarta. Bahkan ia melihat masih ada sejumlah sekolah yang menutupi keberadaan geng. Sekolah seringkali tidak mengakui jika di sekolah siswanya mendirikan geng. Hal ini tidak saja pada tingkat SMA namun juga SMP.

“Nanti bisa melebihi Jakarta, ada kebiasaan tawuran dan sejenisnya,” kata dia. Pihaknya akan menindaklanjuti terkait kasus JW dan akan memberikan pendampingan dalam proses hukum sesuai hak-hak anak. (Sunartono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya