SOLOPOS.COM - Edi Samuri, pedagang sapi di Dusun Blimbing, Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo, Kulonprogo memeriksa harga sapi yang tertera pada katalog, Rabu (16/9/2015)./Harian Jogja-Rima Sekarani

Hewan kurban di Kulonprogo dijual seperti penjualan di supermarket

Harianjogja.com, KULNPROGO-Layaknya supermarket, semua sapi yang dijual di Dusun Blimbing, Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo, Kulonprogo sudah memiliki semacam barcode khusus berupa nomor tertentu di tubuhnya.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Pembeli bisa mengecek sendiri berapa harganya melalui katalog yang disediakan.

Edi menenteng sebuah buku bersampul biru menuju kompleks kandang sapi yang dia kelola bersama adiknya, Rabu (16/9/2015) siang. Dia lalu menunjukkan nomor tertentu pada tubuh sapi yang dituliskan dengan cat merah. Masing-masing nomor akan menggiring pembeli ke deretan harga sapi yang tercantum pada buku bersampul birunya.

Edi membuka buku yang sedari tadi dia bawa itu. Langsung tampak nomor 111 yang berarti sapi seharga Rp18,7 juta. Pada kolom paling kanan, tertulis keterangan bahwa sapi tersebut sudah laku terjual. Persis di bawahnya, sapi nomor 112 dihargai Rp19 juta. Kolom keterangannya masih kosong. Artinya, sapi 112 belum laku.

“Buku ini semacam katalog harga. Pembeli bisa langsung tahu berapa harga sapi, termasuk apakah sudah laku atau belum,” kata Edi.

Ada tujuh katalog yang disediakan di sana untuk mempermudah transaksi jual-beli sapi. Selain ditaruh di kandang, katalog juga diletakkan di rumah yang merupakan kantor pemasaran. “Tidak setiap saat tamu bisa ketemu kami. Tapi mereka selalu bisa langsung ke kandang melihat sapi dan mengecek harganya sendiri,” ucap Edi.

Pusat penjualan sapi yang dikembangkan turun-temurun itu memang dikemas dengan cukup baik. Selain kepastian harga, kondisi kandang sebisa mungkin dibuat bersih agar pembeli merasa nyaman. Berkunjung ke sana, rasanya seperti masuk ke supermarket sapi. Datang, lihat barang dan harganya, lalu bayar.

Namun, tawar-menawar harga tetap masih bisa dilakukan. Itulah mengapa Edi maupun adiknya, Olan Suparlan, biasa membawa katalog itu saat bepergian. “Kalau ada yang minta diskon saat kami tidak di sini, bisa telepon. Saya tidak hapal harga setiap sapi jadi butuh katalog juga sebagai patokan awal,” tutur Edi.

Pria bernama lengkap Edi Samuri itu lalu mengatakan, usaha keluarga ini sekarang dipegang Olan. Meski demikian, dia yang sekarang tinggal di Temanggung, Jawa Tengah, masih bolak-balik ke Kulonprogo untuk membantu, terutama pada musim lebaran haji.

Selain di Blimbing, sapi juga dijual dijual di Sleman, yaitu melalui Pasar Hewan Ambarketawang Gamping, Pasar Wage Cangkringan, dan Pasar Hewan Prambanan.

Usai menyambut petugas pemantauan dari Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kulonprogo, Olan pun berbincang bersama Harian Jogja. Sebagai generasi keempat, tuturnya, dia berupaya terus membesarkan usaha penjualan sapi dengan memberikan pelayanan prima kepada pelanggan. “Harga sapi di sini ditentukan begitu dia datang. Tidak berubah-ubah meskipun hari raya semakin dekat,” ujar Olan.

Harga sapi-sapi Olan rata-rata berkisar Rp15 juta hingga Rp25 juta per ekor. Selain kepastian harga, Olan juga menyediakan fasilitas khusus bagi pembeli dari wilayah Kulonprogo, Bantul, Sleman, dan Jogja. “Jika ada yang butuh, kami sediakan tenaga penyembelih secara cuma-cuma,” ungkap Olan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya