Jogja
Minggu, 4 September 2011 - 10:05 WIB

Hijabers Community Jogja: Cerita para pemakai hijab

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Para perempuan pemakai hijab atau disebut juga hijabers, berkumpul lantas berceloteh. Tentu saja bukan sembarang celoteh atau gosip kosong. Celoteh itu adalah obrolan berbagi pengalaman dan inspirasi.

Perempuan-perempuan pemakai hijab (penutup kepala) ini menamakan diri Hijabers Community. Awalnya berdiri di Jakarta kemudian Bandung hingga ke Jogja. Soal penutup kepala  yang sering disebut jilbab dan hijab, mereka memiliki penjelasan sendiri.

Advertisement

Ema, salah satu anggota Komite Hijabers Community Jogja menjelaskan ada perbedaan mendasar antara hijab dan jilbab. “Kalau hijab itu ya hanya yang menutupi kepala saja, tapi kalau jilbab menutup dari kepala hingga mata kaki, jadi sebenarnya yang dipakai wanita pada umumnya adalah hijab bukan jilbab,” terang Ema pada Harian Jogja belum lama ini.

Menurut Ema, Hijabers Community Jogja tak begitu saja muncul. Awalnya dulu hijabers Jogja bernama Hijabieka. Komunitas ini didirikan karena kesamaan visi-misi dari anggota yang ingin berhijab. “Dulu Hijabieka hanya sebuah komunitas kecil,” tutur Ema.

Advertisement

Menurut Ema, Hijabers Community Jogja tak begitu saja muncul. Awalnya dulu hijabers Jogja bernama Hijabieka. Komunitas ini didirikan karena kesamaan visi-misi dari anggota yang ingin berhijab. “Dulu Hijabieka hanya sebuah komunitas kecil,” tutur Ema.

Karena ada anggota yang kenal dengan beberapa anggota hijabers yang ada di Jakarta, akhirnya mereka melobi untuk bergabung. “Kalau Hijabers Community yang ada di Jakarta telah berbadan hukum,” kata Ema.

Hijabers Community sendiri sementara ini hanya dibatasi berada di tiga kota. “Untuk daerah lain sengaja belum dibuka karena ingin merangkul dulu hubungan yang lebih erat dengan para anggotanya di dua kota yaitu Jogja dan Bandung,” terangnya.

Advertisement

Hijabers Community Jogja, jelas Ema memang masih berusia muda sehingga membutuhkan banyak waktu untuk pengembangannya. “Sedikit demi sedikit kami juga ingin seperti hijabers di pusat [Jakarta] baik dari segi pengelolaan anggota juga agenda rutin kegiatan,” harapnya.

Kenalkan fashion
Hijabers Community memang identik dengan fashion perempuan muslim. Gaya hijab yang dikenalkan selalu baru dan tak jarang agak nyentrik. Saking nyentriknya, tak jarang para hijabers juga dipandang aneh karena model hijab yang dikenakannya.

Seperti yang dituturkan Nova, mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII).

Advertisement

”Wah waktu itu saya pergi ke kampus dengan mengenakan model hijab yang saya modifikasi dan beberapa teman-teman di kampus memandang dengan aneh,” tuturnya pada Harian Jogja, belum lama ini.

Menurut Nova, saat itu bahkan waktu itu ada yang mengira hijabers adalah salah satu aliran sesat. “Awalnya saya agak kaget, tapi lama-lama santai. Lantas saya jelaskan apa itu hijabers, mereka tidak lagi berasumsi yang aneh-aneh bahkan ada beberapa teman yang meminta saya untuk mengajari mereka mengenakan hijab seperti yang saya kenakan,” ujarnya.

Tak hanya Nova saja, Ema juga memiliki pengalaman serupa. Ia sempat ditegur oleh dosennya karena model hijab yang dikenakannya seperti model orang Mesir.

Advertisement

Meski demikian mereka tak lantas patah arang untuk tetap berkreasi dan berbagi inspirasi terutama soal gaya hijab. Mereka ingin mengispirasi wanita lainnya untuk bisa menutup aurat, dengan cara yang berbeda dan tetap gaya. Inspirasi dan manfaat itu dirasakan oleh Kiky, salah satu anggota Hijabers Community Jogja.

”Saya senang sekali bisa bergabung dengan komunitas ini, karena komunitas ini punya warna baru dan juga memberikan banyak pengalaman bagi saya.  Komunitas ini mampu mengispirasi wnaita lainnya untuk berbuat kebaikan,” ujar Kiky.(Kontributor Harian Jogja/Ari Nena)

HARJO CETAK 

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif