SOLOPOS.COM - Foto Gunung Merapi (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Foto Gunung Merapi (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, SLEMAN-Badan Nasional Penanggulangan Bencana memperkirakan ancaman letusan Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah hingga seratus tahun ke depan mengarah ke selatan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Kubah lava Gunung Merapi yang saat ini terbuka ke selatan, diperkirakan hingga seratus tahun ke depan letusannya mengarah ke selatan,” kata Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Sleman, Kamis (29/8/2013).

Menurut dia, dengan bukaan kubah lava Gunung Merapi yang berdiameter sekitar 500 meter itu, diperkirakan hingga seratus tahun ke depan letusan gunung ini akan dominan ke arah Selatan.

“Bahkan pemodelan awan panas yang telah dibuat juga menunjukkan bahwa luncuran awan panas dapat menjangkau permukiman penduduk di kawasan rawan bencana (KRB) III yang saat ini warganya belum mau direlokasi,” katanya.

Ia mengatakan, saat ini masih ada 986 kepala keluarga (KK) warga yang belum bersedia direlokasi ke tempat yang aman, yang telah disediakan pemerintah.

“Sementara itu, yang bersedia direlokasi sebanyak 2.703 KK. Dari 986 KK tersebut tersebar di tiga kabupaten, yakni di Sleman 656 KK, Magelang 165 KK, dan Klaten 165 KK,” katanya.

Sutopo mengatakan bagi masyarakat di KRB III yang tidak mau direlokasi, khususnya di Magelang dan Klaten, pilihannya adalah “living harmony with risk disaster”.

“Kami tidak bisa memaksa masyarakat. Meski ancamannya sangat nyata,” katanya.

Ia mengatakan masyarakat yang di KRB III dan tidak bersedia direlokasi harus membuat surat pernyataan bahwa mereka memang tidak mau direlokasi.

Karena itu, kata dia, pemerintah menyiapkan sarana dan prasarananya seperti sistem peringatan dini, jalur evakuasi, rambu evakuasi, dan pendidikan kebencanaan.

“Kami juga terus melakukan sosialisasi tentang ancaman erupsi Gunung Merapi kepada masyarakat, terutama mereka yang tinggal di KRB III,” katanya.

Masalah utama yang ada saat ini, menurut dia berupa rusaknya jalur-jalur evakuasi akibat dilewati truk pengangkut pasir dan batu dari penambangan di sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

“Seharusnya pemda setempat mengatur penambangan pasir dan lalu lintas truk pasir itu. PAD (pendapatan asli daerah) Sleman dari penambangan pasir Rp5 miliar dalam setahun. Tapi untuk perbaikan jalur evakuasi tersebut, perlu biaya Rp50 miliar,” katanya.

Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Sri Sumarti mengatakan, ancaman letusan Merapi memang sangat nyata.

Namun, kata dia, dengan bukaan kubah lava seperti itu, dan diperkirakan hingga seratus tahun ke depan letusannya dominan ke selatan, tidak bisa dipastikan.

“Yang jelas arah letusan dikontrol oleh morfologi puncak. Saat ini, kawahnya mengarah ke selatan dan tenggara. Mau berapa tahun, itu masih tanda tanya,” katanya.

Menurut dia, belum pastinya arah letusan tersebut dicontohkan pada periode 1930 hingga 2006. Saat itu, bukaan kawahnya ke arah barat. Namun, pada 2010 ke arah selatan.

“Karena setiap ada aktivitas vulkanik, Gunung Merapi akan melakukan perubahan. Pada 2010 ‘geger boyo’ (tanggul di kubah lava) runtuh, sehingga menyebabkan kawahnya terbuka ke selatan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya