SOLOPOS.COM - Kampanye Pencegahan AIDS Laras Hati, Senin (1/12/2014). (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

HIV AIDS kini tidak hanya dialami usia dewasa tetapi juga usia muda.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Pasien HIV/AIDS yang sebelumnya merupakan orang dewasa, kini mulai bergeser menjadi remaja berusia 20 hingga 24 tahun, dan ibu – ibu berusia 40 tahun.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Data tersebut dirilis oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin atau Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (PERDOSKI DIY). Seperti dikemukakan oleh Ketua Pengurus Cabang Perdoksi DIY Sunardi pada Sabtu (9/1/2016). Meskipun secara keseluruhan jumlah pasien HIV/AIDS masih sedikit dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia, pihaknya prihatin dengan kian banyaknya kasus penderita HIV/AIDS di kalangan remaja DIY. Pasalnya mulai terjadi peningkatan jumlah kasus baru penderita penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu, sejak beberapa tahun terakhir.

Maka, untuk mengantisipasi penyebaran penyakit ini di kalangan remaja yang lebih luas lagi, PERDOSKI DIY melakukan sejumlah penyuluhan bagi kalangan pelajar, khususnya yang saat ini tengah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

“Sebagai Kota Pelajar di pulau Jawa, DIY menyimpan sebuah permasalahan yang harus segera ditangani serius oleh pemerintah. Karena budaya seks bebas di kalangan remaja yang kian meningkat mengakibatkan sejumlah remaja berpotensi terjangkit HIV/AIDS,” terangnya di sela Penyuluhan Pencegahan Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS di Kalangan Remaja, bertempat Bangsal Sewoko Projo.

Langkah penyuluhan yang diikuti dengan penjelasan secara mendalam mengenai penyakit IMS serta HIV/AIDS dan penularannya ini, bertujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman akan bahayanya seks bebas serta dua penyakit tersebut.

Harapannya, ke depan kalangan remaja lebih memahami bagaimana penularan HIV/AIDS, agar perkembangan jumlah pasien HIV/AIDS bisa terus ditekan.

”HIV ini sangat berbahaya, makadari itu hindari seks bebas, serta ketahui bagaimana penyebaran penyakit ini,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Sumitro menerangkan masyarakat sesungguhnya bisa mengetahui sejak awal apakah diri mereka memiliki resiko HIV/AIDS atau tidak, dengan mengikuti serangkaian tes pemeriksaan dan konseling sukarela yang sering disebut Voluntarry Counselling and Test (VCT).

“Di Gunungkidul sendiri, ada 14 tempat yang melayani VCT, terdiri dari satu Rumah Sakit (RS), yaitu di RS Umum Daerah Wonosari dan 13 Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Untuk masyarakat yang berada di wilayah Puskesmas belum melayani VCT, biasanya akan ke Puskesmas di wilayah lain, yang terdekat,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya