SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia)

Hotel di Jogja terus bertambah, namun kontribusi untuk warga masih tergolong kecil

Harianjogja.com, BANTUL—Maraknya keberadaan hotel di Jogja dinilai tidak terlalu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi riil.

Promosi Mali, Sang Juara Tanpa Mahkota

Kepala Bidang Sosialisasi Kerjasama Lembaga Ombudsman (LO) DIY Muhammad  Imam Santoso mengungkapkan, keberadaan hotel menjamur dinilai memberikan sumbangan tak lebih dari 20% untuk sektor ekonomi riil.

“Misalnya, dari Rp100.000, perputaran untuk ekonomi riil hanya sekitar Rp10.000 hingga Rp15.000. Ekonomi riil di sini adalah ke masyarakat langsung, bukan hanya untuk pengusaha,”  ujar dia kepada wartawan di Gedung Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Bantul, Selasa (1/9/2015).

Pria yang akrab disapa Imam ini mengatakan, Pemerintah Jogja terlalu mudah mengeluarkan izin pendirian hotel. Banyaknya hotel dan izin mendirikan hotel yang dikeluarkan belum tentu berkorelasi positif dengan output ekonomi masyarakat yang akan meningkat.

Banyaknya hunian dan izin yang dikeluarkan belum tentu korelasi output ekonomi akan meningkat. Banyaknya kompetitor hotel membuat tingkat hunian berkurang.

“Selain itu, serapan tenaga kerjanya juga perlu dikaji. Warga kita rata-rata jadi satpam. Untuk posisi lebih, kita lihat apakah juga diisi warga sekitar atau bukan. Kalau benar, berarti bagus,” ujar dia.

Imam mengatakan, soft skill penduduk Jogja perlu ditingkatkan untuk bidang hospitality. LO DIY juga akan melakukan kajian untuk melihat dampak dan sumbangan untuk pertumbuhan ekonomi oleh maraknya pembangunan hotel. Kajian tersebut bisa dilihat hasilnya lima tahun ke depan. “Untuk sekarang, kami belum bisa bicara banyak,” dia berkata.

Ia mengatakan, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi riil, hunian low price seperti guest house perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah penyangga. Hunian low price justru akan berefek langsung kepada perekonomian masyarakat. “Sektor riil itu penduduk bukan pengusaha,” ujar dia.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Istidjab M Danunagoro mengatakan, pembangunan hotel memiliki multiplier effect. Tamu-tamu yang menginap di hotel tidak hanya tinggal di hotel tetapi juga pergi untuk membeli oleh-oleh atau pergi ke lokasi wisata. Selain itu, keberadaan hotel juga membuka lapangan kerja baru.

“Di DIY ada 80 hotel berbintang dengan 8.500 kamar. Sementara, untuk hotel non bintang di DIY terdapat 1.100 hotel non bintang dengan 13.000 kamar,” ungkap dia.

Sementara, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DIY tercatat, untuk Tingkat Penghunian Hotel (TPK) bintang di DIY selama Juli 2015 sebesar 55,11%. Kepala BPS DIY Bambang Kristianto mengatakan, hal ini menunjukkan penurunan sebesar 5,33 poin dari 57,44% pada Juni.

Sementara, untuk hotel non bintang dan akomodasi lain, TPK tercatat sebesar 21,98% atau mengalami kenaikan sebesar 0,87 poin dari 21,11% pada Juni. “Sampai Juli 2015 ada 78 hotel bintang yang aktif. Sementara, untuk hotel non bintang dan akomodasi lain tercatat 1.071 unit,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya