Jogja
Kamis, 3 Februari 2022 - 22:22 WIB

Hujan Badai Landa Sleman, Ini Dampak Kerusakan yang Ditimbulkan

Lugas Subarkah  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Baliho roboh di Ringroad Utara, timur simpang empat UPNVY akibat dampak hujan badai di Sleman, Kamis (3/2/2022) - (Harian Jogja/Lugas Subarkah)

Solopos.com, SLEMAN — Cuaca ekstrem berupa hujan disertai angin kencang, atau hujan badai yang melanda wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyebabkan kerusakan atau dampak negatif di sejumlah lokasi di Kabupaten Sleman, Kamis (3/2/2022).

Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Bambang Kuntoro, menyebutkan hujan disertai angin kencang yang melanda wilayah DIY pada Kamis siang, pukul 11.13 WIB, itu menyebabkan kerusakan di sejumlah titik. Salah satunya adalah terjebaknya 24 truk penambang pasir di Kapanewon Pakem akibat lahar dingin.

Advertisement

Tidak ada korban jiwa dalam persitiwa itu. Truk milik para penambang pasir pun telah dievakuasi.

Baca juga: Hujan Angin Terjang Sleman, Rumah dan Kendaraan Warga Rusak

Advertisement

Baca juga: Hujan Angin Terjang Sleman, Rumah dan Kendaraan Warga Rusak

Selain peristiwa tersebut, kerusakan akibat hujan badai itu juga terjadi di Kapanewon Depok dan Gamping. Di Kapanewon Depok, satu baliho yang berada di timur perempatan Kampus UPN Veteran Yogyakarta roboh hingga menimpa kabel listrik.

“Kemudian di Ringroad Utara, depan depan Casa Grande, Kalurahan Maguwoharjo, ada pohon tumbang menutup akses jalan. Di Kledokan, Kalurahan Caturtunggal, ada baliho roboh mengganggu akses jalan,” ujarnya.

Advertisement

Bibit Siklon Baru

Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono, mengatakan meski terjadi cuaca ekstrem dalam beberapa hari terakhir, saat ini belum terbentuk adanya bibit siklon baru. Analisis cuaca sementara menunjukkan adanya pusat tekanan rendah di sebelah barat Australia meningkatkan aliran udara dari Asia melewati wilayah Jawa termasuk DIY.

Baca juga: Angin Kencang Terjang Bantul dan Sleman, Ini Foto-Foto Dampak Kerusakan

“Kelembapan relatif yang tinggi pada lapisan 850-500 mb, berkisar antara 80-90 persen mendukung terbentuknya awan cumulonimbus di wilayah DIY. Analisa Citra satelit himawari dan Radar Cuaca menunjukan adanya pertumbuhan awan konvektif atau cumulonimbus,” katanya.

Advertisement

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, mengatakan hujan juga terjadi di puncak Gunung Merapi pada Kamis siang mulai pukul 11.37 WIB, dengan total curah hujan mencapai 15 mm.

Kondisi Gunung Merapi saat ini masih dalam status Siaga, dengan sejumlah aktivitas erupsi seperti awan panas, lava pijar dan kegempaan. Kedua kubah lava juga masih terus tumbuh. Berdasarkan pengamatan terakhir, kubah barat daya memiliki volume 1.670.000 meter kubik. Sementara kubah tengah kawah, sebesar 3.007.000 meter kubik.

Ketika terjadi hujan, masyarakat yang masih beraktivitas di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi agar mewaspadai bahaya lahar hujan. “Rekomendasi bahaya sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km,” ujarnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif