SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Peringatan kemerdekaan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya saja warga Nologaten yang menggelar upacara bernuansa Jawa. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Rima Sekarani I.N.

Pak Lolly, begitu dia ingin disapa, sudah bersiap sejak pukul setengah enam pagi. Beberapa panitia langsung menyambutnya di area sekitar Lapangan Mini Nologaten, Minggu (17/8/2014). Pria berusia 58 tahun itu pun disulap menyerupai salah satu tokoh pewayangan, Arjuna.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Setengah jam berikutnya, Rian Kurniawan pun datang. Pria 19 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai operator warnet itu juga segera didandani. Ia bukan menjadi salah satu dari Pandawa bersaudara, melainkan tokoh Punakawan, Gareng.

Keduanya tidak akan memaikan lakon ketoprak. Bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI ke-69, mereka akan menjadi petugas upacara pengibaran bendera merah-putih. Pak Lolly sebagai komandan upacara, sedangkan Rian sebagai pemimpin barisan.

Selain mereka, masih ada 4 orang lain lagi yang didandani layaknya Punakawan. Petugas selain komandan dan pemimpin barisan, pun lengkap dengan pakaian adat Jawa. Sementara peserta upacara kompak memakai baju batik.

Sekitar pukul tujuh, upacara dimulai. Dengan gagah Pak Lolly memimpin ratusan peserta upacara di Padukuhan Nologaten, Condongcatur, Depok, Sleman. Berdiri tegap di tengah lapangan, dia menahan panas dan terik mentari yang langsung mengenai kulit tubuhnya.

Jangan harap pasukan drum band akan mengiringi jalannya upacara. Sebuah kelompok pemain gamelan telah mengisi posisi itu. Mereka spesial menyajikan musik pengiring upacara bernuansa Jawa.

Rangkaian kegiatan upacara selesai sekitar pukul 8. Setelah dibubarkan, Sang Arjuna dan Punawakawan mendadak jadi artis. Warga bergantian meminta foto bersama. Dalam waktu setengah jam, entah sudah berapa jepretan yang mereka layani.

“Nggak capek. Malah senang kalau ada yang mengajak foto,” kata Rian saat dia akhirnya mendapat wamtu istirahat.

Meski merasa kegerahan, dia mengaku senang bisa menjadi pemimpin barisan dan mendapat apresiasi dari para warga.

Upacara dengan konsep tokoh pewayangan dan gamelan memang kali pertama bagi warga Nologaten. Sebelumnya, mereka hanya menggelar upacara dengan konsep yang biasa saja.

“Kami ingin menguatkan tradisi budaya lokal dan keragaman masyarakat. Potensi masyarakat sebisa mungkin dilibatkan agar timbul rasa memiliki perayaan kemerdekaan,” ujar Zaifudin Zuhri, panitia upacara pengibaran bendera di Nologaten.

Tokoh Arjuna dipilih sebagai komandan upacara karena sifat kelembutannya. “Itu simbol kelembutan. Mengingat situasi politik negara yang sejak kemarin memanas, kami ingin ada kelembutan yang bisa memberikan ketenangan bagi rakyat,” jelas Zaifudin.

Dia menambahkan Punawakan menggambarkan rakyat kecil yang juga ingin berperan dalam mengisi kemerdekaan.

Pak Dolly yang mengaku asli Papua sangat bangga bisa menjadi Arjuna. “Walau ada bagian tubuh saya yang tersiksa, itu tak masalah. Saya berkeringat tapi badan justru sehat karena matahari pagi justru baik untuk kesehatan,” ucapnya yang sudah dua kali dipercaya menjadi komandan upacara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya