SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto Ratusan penggiat ruang publik kota menutup iklan operator seluler dalam gerakan Serangan Oemoem 1 Maret, Rebut Ruang Kota Jogja! di bawah Jembatan Rel Kereta Kewek di Jalan Kleringan, Jogja, pada 1 Maret 2013 lalu.

JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto
Ratusan penggiat ruang publik kota menutup iklan operator seluler dalam gerakan Serangan Oemoem 1 Maret, Rebut Ruang Kota Jogja! di bawah Jembatan Rel Kereta Kewek di Jalan Kleringan, Jogja, pada 1 Maret 2013 lalu.

JOGJA—Gubernur DIY melarang pemakaian bangunan beton fly over untuk dipakai sebagai tempat beriklan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepala Dinas Pekerjaan Umum DIY Rani Sjamsinarsi mengatakan, sesuai perintah Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, fly over di DIY agar didesain landscapenya disesuaikan dengan landmark Kota Jogja.

Landmark Kota Jogja itu, kata dia, identik dengan batik, lurik dan ada nuansa hijau yang dilengkapi pancaran lighting pada malam hari.“Jadi tidak boleh ada iklan,” kata Rani usai bertemu dengan gubernur di Kompleks Kepatihan, Selasa (11/6/2013).

Warna landmark itu, lanjutnya, berfungsi untuk mempercantik fly over yang menyimbolkan identitas Kejogjaan, agar tidak terlihat sekedar beton bewarna abu- abu, dan kumuh pada bagian lorong fly over.

Ia mengatakan, pembangunan fly over di Jombor, sekarang masih sampai pada tahap fisik. Landmark itu disiapkan lebih dulu sehingga ketika pembangunan fisik selesai dilakukan, desain bisa langsung digambar.

Adapun untuk fly over Janti yang sudah terlanjur terdapat iklan provider telekomunikasi, Rani mengatakan hal nanti akan diminta untuk ditertibkan setelah masa beriklan habis. Provider memasang iklan itu selama satu tahun, tapi pemasukan tidak masuk ke kas daerah.

“Itu langsung ke Balai Besar [Balai Besar Pelaksana Jalan Kementrian PU] di DIY,” kata Rani.

Menurut Rani, dengan memberikan desain pada fly over yang identik dengan Jogja, sekaligus memberikan desain tata ruang yang berbeda dengan daerah lainnya.”Biar Jogja banget dan tidak mengganggu mata,” ungkapnya.

Sebelumnya kritik keras terhadap pemasangan iklan dilakukan para komunitas Street Art. Mereka menolak pengecatan dua beton penyangga jembatan kereta api kewek dengan iklan produk apapun, karena bangunan itu termasuk cagar budaya.

Penolakan dilakukan dengan menumpuk pengecatan iklan pada beton itu menggunakan cat bewarna putih. Tapi beberapa hari berselang, beton itu kembali dicat produk iklan sebuah provider.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya