Jogja
Senin, 11 September 2017 - 02:23 WIB

Indonesia Masih Alami Gagap Digital, Ini Detil Hasil Riset Japelidi

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Novi Kurnia, koordinator penelitian Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) saat memberikan keterangan tentang acara penelitian dan Konferensi Nasional Literasi Digital, dalam Jumpa Pers, Legend Cafe, Kota Jogja, Minggu (10/9/2017) (Marwan Yotha/JIBI/Harian Jogja)

Japelidi merilis hasil penelitian

Harianjogja.com, JOGJA— Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) melakukan penelitian, pengabdian dan pubikasi tentang literasi digital. Sebanyak 52 peneliti dari 25 pengguruan tinggi di sembilan kota di Indonesia yang menjadi  langkah untuk gerakan literasi digital berskala nasional Indonesia.

Advertisement

Dalam rangka Hari literasi Internasional 2017 yang jatuh pada (8/9/2017). Japelidi membagikan hasil penelitian tentang gerakan literasi digital di Indonesia. Penelitian tersebut dilakukan di sembilan kota, yaitu Yogyakarta, Salatiga, Semarang, Surakarta, Malang, Bandung, Banjarmasin, Bali dan Jakarta. Berdasarkan penelitian tersebut,  akan menggelarkan konferensi nasional literasi digital. Bakal dilaksanakan pada Selasa (12/9/2017), di Ruang Ki Hajar Dewantara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), mulai pada jam 08.00-17.00 WIB.

Acara tersebut akan dihadiri oleh pembicara Nukman Luthfie (pendiri Literos.org), Dyna Herlina (Dosen Ilmu Komunikasi UNY) dan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kadarmanta Baskara Aji, serta tim peneliti Japelidi. Yang akan dibahaskan tentang peneilitan tersebut.

Advertisement

Acara tersebut akan dihadiri oleh pembicara Nukman Luthfie (pendiri Literos.org), Dyna Herlina (Dosen Ilmu Komunikasi UNY) dan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kadarmanta Baskara Aji, serta tim peneliti Japelidi. Yang akan dibahaskan tentang peneilitan tersebut.

Menurut Novi Kurnia, koordinator penelitian Japelidi dan juga ketua Program Studi S2 Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM), penelitian tersebut  dilakukan  sejak Januari sampai Agustus yang lalu, penelitian tersebut telah menemukan 338 kegiatan literasi digital di Sembilan kota di Indonesia,

“Ini adalah angka yang luar biasa sebagai gerakan untuk membuat warga lebih melek media digital. Namun, para penggiat gerakan literasi digital tersebut masih didominasi oleh pengguruan tinggi, selain pemerintah daerah dan komunitas, Insiatif-insiatif dari warga masyarakat sendiri masih minim dibandingkan gerakan literasi dasar (membaca),” kata Novi saat memberikan keterangan dalam jumpa pers, Legend Cafe, Kota Jogja, Minggu (10/9/2017).

Advertisement

“Kegiatan tersebut masih dianggap bahwa pengguna media digital harus dilindungi dari aspek psikologi pengaruh buruk media alih-alih pada pemanfaatan media sebagai dari masyarakat digital, namun, penelitian juga menemukan adanya insiatif untuk memasukkan literasi media dan digital ke dalam kurikulum baku di perguruan tinggi,” kata dia

Ia menegaskan kelompok yang menjadi sasaran adalah remaja atau pelajar, masyarakat umum dan orang tua adalah target yang penting banyak dasar oleh gerakan-gerakan literasi digital, “ Jadi sasaran yang utama adalah Anak muda, dianggap penting sebagai target sasaran untuk bisa menjadi agen dalam gerakan literasi digital dalam masyarakat kita,” ujarnya.

Selain itu, menurut Firly Annisa, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), gerakan literasi digital di Indonesia sekarang bersifat sukarela, tidak terstruktur,tidak terencana, dan tidak berkelanjutan.

Advertisement

Jadi Peran pemerintah dalam gerakan ini juga belum terlihat, contohnya yang cukup baik adalah insiatif dari Pemkot DIY tang telah melakukan pelatihan untuk siswa dan guru terkait media digital,” ungkapnya.

Kendati demikian, Dyna Herlina, Dosen Ilmu Komunikasi UNY mengatakan JAPELIDI  merekomendasikan bahwa gerakan literasi digital harus diberikan dalam level keluarga, sekolah, dan negara.

“Dari tiga level tersebut, level keluarga harus melibatkan anak sebagai partner dalam kesepakatan atas akses media digital, dan orang tua sendiri harus berkolaborasi dengan guru dalam pendidikan anak, hingga pada level pemerintah harus membangunkan infrastruktur digital yang demokratis serta memberdayakan warga negara sebagai bagian dari kewarganegaraan digital, ” ungkapnya.

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Industri Digital Japelidi
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif