Jogja
Selasa, 22 Maret 2016 - 15:20 WIB

INDUSTRI KREATIF : Desain Produk Jangan Hanya Kreatif, tapi Juga Bertanggungjawab Sosial

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat mebel yang dipamerkan dalam Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (Jiffina) 2016 di Jogja Expo Center (JEC), Minggu (13/3/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Industri kreatif diharapkan tidak hanya kreatif dan unik tetapi juga punya tanggung jawab sosial

Harianjogja.com, JOGJA-Era tahun 1970 hingga 1990an banyak produk desain perabot rumah tangga untuk kebutuhan sehari-hari diciptakan dengan sangat fungsional dan dalam bentuk-bentuk yang menawan secara estetika. Namun sekarang, desain menjadi tidak terlalu penting jika desain yang diciptakan telah memberi dampak negatif bagi lingkungan.

Advertisement

Ketua Himpunan Desainer Mebel Indonesia ( HDMI ) Bambang Kartono yang juga Dosen Desain Mebel pada School Of Design Universitas Bina Nusantara dan Program studi desain Produk FSRD Trisakti Jakarta mengatakan, desainer sekarang harus menyadari tanggung jawab sosial yang tinggi.

Tidak hanya dalam menciptakan kesadaran kualitas produk tetapi juga harus turut berperan dalam membangun kualitas lingkungan yang baik.

Advertisement

Tidak hanya dalam menciptakan kesadaran kualitas produk tetapi juga harus turut berperan dalam membangun kualitas lingkungan yang baik.

“Dalam pendidikan desain, para desainer selain dilatih memiliki pengetahuan dasar teknologi terbaru, teknik manufaktur dan pengolahan bahan, juga penting merefleksikan perubahan-perubahan sosial dan lingkungan di masyarakat,” kata dia dalam rilis, Senin (21/3/2016).

Desainer kreatif sebaiknya sangat inventif dalam menerapkan prinsip desain yang berkelanjutan. Manifestasi dari desain berkelanjutan dapat meminimalkan dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan dan produk desain yang inovatif. Desainer dapat menggeser perilaku masyarakat menumbuhkan kesadaran untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap sosial dan lingkungan.

Advertisement

Prinsip lain yakni mengurangi konsumsi dan pemborosan sumber daya dengan meningkatkan daya tahan hubungan antara pengguna dengan produk yang digunakannya  melalui mengelola emosi dalam desain dapat memanfaatkan produk lama untuk tetap disukai untuk digunakan, dan terakhir adalah menciptakan produk desain baru yang menanfaatkan bahan daur ulang.

Dalam rangka menyebarluaskan pentingnya desain yang berkelanjutan, WWF bersama Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmisindo) dan Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI) mengadakan workshop yang berbasis bahan baku kayu.

Kegiatan tersebut diikuti oleh 100 desainer dan pelaku industri dari Jawa dan Bali dalam pameran JIFFINA yang dilaksanakan di Jogyakarta pada 14 Maret 2016.

Advertisement

Dalam JIFFINA juga disampaikan secara peran SVLK yaitu sistem yang menjamin kelestarian pengelolaan hutan atau legalitas kayu serta ketelusuran kayu. Akan tetapi, banyak dari pelaku industri menengah dan kecil yang belum mampu mendapatkan sertifikasi legalitas kayu.

Menurut Ketua Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Klaten Doddik Sulistiyono, hal ini sangat disayangkan. Industri di daerahnya masih sedikit yang memiliki sertifikasi legal dibanding jumlah pelaku usaha baik menengah maupun kecil.

“Dari sekitar 3.200 pelaku industri baru sebanyak 192 pelaku industri yang sudah memiliki sertivikasi legalitas kayu,” kata dia.

Advertisement

Dari kalangan Desainer, Lutfi Hasan pemilik Brand Jakarta Vintage, mengatakan beberapa desainer Indonesia saat ini sudah banyak yang mengeksplore sumber bahan dari waste material, reclyme wood, untuk inspirasi karya desain.

Advertisement
Kata Kunci : Industri Kreatif Jiffina
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif