SOLOPOS.COM - Warga Desa Dadapayu, Semanu memprotes dugaan pungutan liar yang dilakukan kepala desa setempat. Protes yang dituliskan di spanduk dipasang di balai desa setempat, Senin (17/10/2016). (Bhekti Suryani/JIBI/Harian Jogja)

Info terkini di Gunungkidul, warga memprotes pungli dengan mengepung balai desa

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Ratusan warga Desa Dadapayu, Semanu, Gunungkidul mengepung dan menduduki balai desa setempat, memprotes adanya pungutan liar (pungli) yang diduga dilakukan kepala desa.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Protes yang dilakukan sekitar 350 warga itu terjadi sejak Minggu (16/10/2016) siang. Bahkan hingga Senin (17/10/2016), spanduk berisi kecamatan dan boneka pocong tergantung di Balai Desa Dadapayu.

Spanduk tersebut antara lain bertuliskan “Stop Pungli, Basmi Tikus-tikus Duit” serta “Rukam Mundur Harga Mati”. Ratusan warga tersebut mengepung dan menduduki kantor desa hingga Minggu malam sekitar pukul 23.00 WIB.

Mereka menunggu kehadiran kepada desa yang mereka tuduh melakukan pungli. Sayang hingga Minggu malam dan jelang Senin dinihari yang bersangkutan tidak muncul.

Kepala Dukuh Nogosari, Dadapayu Jumadi yang turut mengantarkan warganya berdemo mengungkapkan, warga memprotes dugaan pungli yang dilakukan Kepala Desa Dadapayu Rukamto.

Kepala desa yang baru sembilan bulan menjabat itu disebut memungut uang kepada lima kepala dukuh yang baru saja dilantik. Mereka adalah kepala dukuh Ngalang Ombo, Sembuku, Karangtengah, Pomahan dan Kauman. Masing-masing kepala dukuh anyar itu dipungut senilai Rp5 juta.

Padahal, kata dia tidak ada aturan hukum berupa Peraturan Desa (Perdes) atau apapun yang menjadi dasar pungutan senilai Rp5 juta tersebut. “Itu dipungut setelah lima dukuh itu dilantik belum lama ini,” ungkap Jumadi ditemui di Dadapayu, Senin.

Kendati hanya terjadi di lima dukuh, namun aksi pungli itu menyebar ke 15 dukuh lainnya di Dadapayu. Sebanyak 350 warga dari total 20 pedukuhan di Dadapyu turun ke jalan memprotes pungli tersebut.

Selain meminta dana yang dipungut dikembalikan, warga juga menuntut agar kepala desa mundur dari jabatannya. “Warga juga memasang boneka pocong, maksudnya mungkin supaya yang bersangkutan [kepala desa] ingat dengan kematian,” tutur dia.

Media ini berupaya menemui Kepala Desa Dadapayu Rukamto ke kantornya. Namun yang bersangkutan tidak berada di tempat dan tidak pernah muncul sejak protes ratusan warga bergulir. Rukamto juga mematikan telepon genggamnya saat dihubungi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya