Jogja
Jumat, 10 Oktober 2014 - 14:20 WIB

Ini Cara Dinsosnakertrans Persiapkan TKI ke Malaysia

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Gunungkidul memberangkatkan delapan warga ke Malaysia untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Kepala Dinsosnakertrans Gunungkidul Dwiwarna Widinugroho mengatakan, pemberangkatan dilakukan Rabu (8/10/2014). Kedelapan orang tersebut akan bekerja di pabrik kayu lapis di Malaysia. Saat pendaftaran, terdapat sekitar 40 orang yang berminat dengan pekerjaan tersebut.

Advertisement

“Namun, selama proses persiapan sekitar lima bulan, hanya delapan yang direkomendasikan,” ungkap dia kepada Harianjogja.com ketika ditemui di Setda Pemkab Gunungkidul, Kamis (9/10/2014)

Sebelum diberangkatkan, lanjut dia, kesiapan mental calon TKI harus benar-benar disiapkan. Ia tidak ingin, ketika sampai di negara tujuan, justru  tidak betah atau tidak siap. Selain itu, selama masa persiapan, calon TKI diberikan pemahaman mengenai kerja mereka di  perusahaan yang dituju.

“Penyalur tenaga kerja yang digunakan juga harus yang terpercaya sehingga nantinya, tidak akan ada masalah dengan TKI dari Gunungkidul,” ujar dia.

Advertisement

Ia menambahkan warga Gunungkidul yang berminat untuk menjadi TKI masih banyak. Setiap tahun, lanjut dia, Dinsosnakertrans Gunungkidul bisa memberangkatkan 50 hingga 60 orang TKI. Namun, ia mewanti-wanti warga untuk menggunakan penyalur yang resmi.

“Sebetulnya peluang kerja di Gunungkidul masih banyak karena banyak pusat kerajinan. Namun, warga kadang ingin penghasilan yang lebih besar,” ungkap dia.

Terpisah, saat dimintai tanggapan soal TKI yang berangkat ke Malaysia, Instruktur Bidang Logam Sis Anwar mengatakan, kebutuhan pandai besi di Gunungkidul masih tinggi. Menurutnya, di pusat kerajinan besi (Tri Padukuhan Kajar dan Kedung) masih membutuhkan banyak pekerja.

Advertisement

Menurut dia, peluang kerja di Gunungkidul masih banyak. Ia menambahkan, dari hasil menempa besi untuk dijadikan alat pertukangan bisa dikatakan luamayan. Misalnya saja di Pande Besi Cahaya Alam setiap shift-nya dihargai Rp50.000 hingga Rp60.000.

“Jumlah tersebut tentunya sudah luamayan. Belum lagi kalau lembur. Untuk hidup di Gunungkidul saja, saya kira itu sudah lumayan,” ungkap dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif