Jogja
Senin, 8 September 2014 - 14:20 WIB

Ini Dampaknya, Jika Alat Transportasi Trem Direalisasikan di Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kereta trem di Paris, Prancis. (Wikipedia.org)

Harianjogja.com, JOGJA – Rencana pembangunan angkutan umum massal berupa trem di Jogja akan berimbas pada pendapatan asli daerah (PAD).

PAD dari pajak kendaraan bisa berkurang drastis jika trem benar-benar diwujudkan. Warga yang selama ini menggunakan kendaraan pribadi otomatis akan menggunakan angkutan umum.

Advertisement

Apalagi selain trem, Pemda DIY juga akan menambah 17 jalur Trans Jogja. “Harus ada keberanian dari Pemerintah Daerah DIY,” ujar Budi Santosa Wignyosukarto, Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada Jogja bidang SDM dan Aset, akhir pekan lalu.

Toh laju kendaraan untuk masuk wilayah perkotaan saat ini terus melambat. Tercatat pada 2000, kendaraan masih dapat menemupuh perjalanan dengan kecepatan 30 kilometer/jam, namun pada 2014 hanya 10 kilometer/jam saja.

Menurutnya, jika kondisi itu dibiarkan masyarakat yang dirugikan karena keterlambatan, sementara konsumsi bahan bakar minyak (BBM) juga semakin banyak pula. “Pada akhirnya timbul persoalan perekonomian dan gangguan kesejahteraan,” ulasnya.

Advertisement

Rencana realisasi kereta Trem itu, ungkapnya, merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Daerah DIY, UGM dan Dirjen Perekeretaapian Kementerian Perhubungan. Kerja sama itu dimulai pada tahun ini dengan penandatanganan studi kelayakan oleh Gubernur DIY, kemudian penyesuaian tata ruang dilakukan pada 2015.

Berlanjut pada proses penyusunan digital engineering design (DED) pada 2016, lalu pekerjaan fisik dilakukan pada 2017. “Rencananya multiyears atau bertahap di setiap tahunnya,” ujarnya.

Terkait pembiayaan, ia tidak mengetahui persis bagaimana pembagiannnya antara kementerian dan Pemda DIY.
Rencana rutenya, ulas Budi, terbagi dalam lingkar luar atau pun dalam.

Advertisement

Semua jalur itu terintegrasi dengan jalur utama kereta api, sehingga warga dari luar DIY pun dapat langsung berpindah kereta trem untuk ke tempat tujuannya yang diinginkannya seperti tempat wisata, pendidikan, atau pun perhotelan.

Jalur lingkar luar itu, misalnya, adalah jalur kereta yang menghubungkan tempat wisata Parangtritis hingga Borobudur, Magelang.

Keberanian Pemda DIY, lanjut dia, juga dipertaruhkan berkaitan dengan penyediaan ruang untuk pembuatan rel kereta api. Menurutnya, saat ini masih ada rel-rel yang dapat dimanfaatkan seperti yang melintasi Taman Parkir Ngabean (dulu stasiun).

Kendati begitu, ada berbagai macam alternatif yang dapat dilakukan dalam membangun rel kereta trem untuk meminimalisasi dampak sosial, semisal dengan membangun kereta elevate (di atas tanah) ataupun membuat kereta trem itu dengan roda berbahan karet (ban) namun tetap disediakan perlintasan khusus kereta untuk menghubungkan sumber listrik.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif