SOLOPOS.COM - Sejumlah guru di Kulonprogo berdiri di dekat rekahan, yang tak jauh dari Sekolah Dasar Negeri Sukomoyo, Jatimulyo, Rabu (18/10/2017). Apabila hujan turun dengan intensitas tinggi dan drainase di dekat sekolah tak segera diperbaiki, maka rekahan tersebut akan semakin besar dan berpotensi longsor. (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

BPBD Kulonprogo memetakan titik-titik rawan bencana.

Harianjogja.com, KULONPROGO— Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo menyebut terdapat puluhan desa rawan bencana di wilayah ini. Lokasinya menyebar di berbagai wilayah Kulonprogo.

Promosi Bukan Mission Impossible, Garuda!

Kepala Pelaksana BPBD Kulonprogo Gusdi Hartono mengatakan, terpantau 66 desa yang rawan terkena bencana.Kendati terdapat 66 desa yang berpotensi terkena bencana, tapi tidak semua ditetapkan sebagai desa tangguh bencana. Namun desa-desa tersebut telah diberi sosialisasi kesiapsiagaan menghadapi bencana. Selain itu, BPBD juga tetap siaga 24 jam, baik sumber daya manusia dan peralatan, untuk menanggulangi bencana.

Memasuki akhir Oktober, Kulonprogo kata dia sudah memasuki musim hujan, sehingga masyarakat juga harus bersiap siaga memerhatikan lingkungan mereka, terutama bagi yang tinggal di titik-titik potensi bencana longsor dan banjir.

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kulonprogo Hepy Eko Nugroho menyebutkan, ada 21 desa rawan bencana longsor tersebar di Kulonprogo.

Khusus rawan longsor, mayoritas desa tersebut berada di Perbukitan Menoreh, misalnya Kecamatan Kokap, Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo dan Pengasih. Setiap musim penghujan tiba, bencana longsor kerap terjadi di kecamatan-kecamatan tadi, hanya saja dengan titik yang berbeda-beda.

Data dari pengecekan lapangan itu, selanjutnya digunakan untuk bahan pemataan dan kebijakan penanganan bila terjadi bencana. Ia membenarkan, bahwa BPBD telah memasang 18 unit early warning system (EWS) di belasan desa yang rawan longsor saat hujan. 18 EWS itu dipasang di belasan desa yang ada di  lima kecamatan, yakni Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang, dan Pengasih. Rinciannya, empat desa di Kecamatan Kokap, empat desa di Kecamatan Girimulyo, tujuh desa di Kecamatan Samigaluh, tiga desa di Kalibawang, dan satu desa di Pengasih.

Ia menambahkan, ada sejumlah rumah warga yang berada di lokasi rawan longsor dan  terpencar di sejumlah titik. Untuk mengantisipasi hal ini, jajarannya mengumpulkan relawan dan potensi relawan untuk pengawasan retakan tanah.

Jika mereka melihat retakan tanah, relawan bisa melaporkan untuk selanjutnya menjadi pertimbangan bagi BPBD mengambil langkah antisipasi. Infrastruktur untuk menopang saat terjadi bencana, khususnya longsor, memang belum memadai, tambah dia. Sejumlah ruas jalan di dekat daerah rawan longsor masih ada yang sempit. Namun, sejumlah papan peringatan tanda rawan bencana sudah dipasang disejumlah lokasi.

Sementara itu, potensi bencana banjir di Kulonprogo, berada di wilayah sisi selatan, antara lain Kecamatan Galur, Panjatan, Wates dan Temon, Lendah. Banjir biasanya terjadi hanya sebatas dalam bentuk genangan. Pasalnya kawasan itu dilintasi sungai Serang, Bogowonto dan Progo. “Kalau debit air naik, airnya naik ke rumah warga,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya