SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, KULONPROGO—Budidaya daya ikan lele di Kulonprogo masih sangat bergantung pada pakan produksi pabrik yang harganya bakal terus naik. Di sisi lain penyerapan ikan lele di pasar lokal sulit berkembang, apalagi pasokan lele dari luar daerah kian marak.

Kabid Perikanan Budidaya Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan (Diskepenak) Kulonprogo Eko Purwanto menyampaikan, umumnya budidaya perikanan di daerah tersebut masih relatif kecil.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

“Saat ini untuk ikan lele memang masih stabil. Namun, akhir-akhir ini pasar agak menurun. Dari komoditas lele, pasar lokal malah banyak disuplai dari luar daerah,” ujar Eko, Senin (6/10/2014).

Meski begitu, Eko mengungkapkan, minat budidaya ikan lele masih terus ada. Sayangnya, persaingan ketat produk lele dari luar daerah menjadi kendala penyerapan di pasar lokal. Dia memaparkan, ikan lele yang dipasok dari luar daerah, dari segi harga dapat bersaing.

“Pasokan lele ke Kulonprogo banyak berasal dari daerah produksi lele terbesar seperti Blitar dan Trenggalek. Di sana pakan lele sangat mudah didapat, yakni dari ikan rucah atau ikan jelek. Bahan baku pakan melimpah, sehingga biaya pakannya relatif murah,” jelas Eko.

Wagiran, salah satu petani lele asal Desa Toyan, Wates mengungkapkan, saat ini daya beli ikan tersebut juga sedang turun.

“Daging kurban melimpah, paling kondisi ini akan berlangsung selama satu minggu. Belum lagi lele yang masuk dari Jawa Timur, di sana produksi melimpah tapi pasar sedang lesu. Tapi kualitas lele lokal masih lebih unggul,” jelas Wagiran kepada Harian Jogja, Selasa (7/10/2014).

Lebih lanjut Wagiran memaparkan, harga lele dipasaran, baik lokal maupun dari luar daerah hampir sepadan. Harga lele asal Jawa Timur saat ini dibanderol Rp19.000 per kilogram (kg), sedangkan lele lokal dilego sekitar Rp18.500 per kg.

Eko menyebut petani budidaya lele masih memiliki ketergantungan yang tinggi pada pakan pabrikan. Jika dibuat pakan nonpabrikan, maka perbandingan biaya pakan dan hasil produksi tidak efektif.

Pakan pabrikan dapat lebih mudah dihitung, sehingga baik dari hasil produksi dan biaya produksi dapat dilihat perbandingan serta keuntungan yang akan didapat. “Padahal, harga pakan pabrikan akan terus terpengaruh dengan kondisi perekonomian. Harga pakan akan terus naik,” imbuh Eko.

Sedangkan untuk pembuatan pakan secara mandiri, menurut Wagiran belum dapat dilakukan karena ketersediaan bahan baku yang bernilai gizi tinggi sulit didapat.

“Budidaya lele yang kami lakukan menggunakan media kolam terpal. Jika menggunakan pakan pabrikan sudah cukup efektif. Tapi kalau harus buat sendiri, butuh waktu dan biaya mungkin bisa lebih banyak,” jelas Wagiran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya