Jogja
Jumat, 17 Oktober 2014 - 18:40 WIB

Ini Ungkapan Kekecewaan Aktivis di Jogja karena Tak Bisa Bertemu SBY

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Massa aksi dari Kareb membawa "mayat" sebagai simbol matinya demokrasi dalam unjuk rasa di depan gedung DPRD DIY, Kamis (16/10/2014). (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, JOGJA-Aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Berdaulat (Kareb) kecewa karena tak bisa menemui Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyampaikan aspirasinya.

Aksi unjuk rasa yang dilakukan berakhir di depan gedung DPRD DIY. Mereka kemudian diantar pulang menggunakan truk polisi.

Advertisement

“Jelas kami kecewa tak bisa menyampaikan catatan kami untuk SBY selama 10 tahun kepemimpinannya,” kata koordinator Kareb Winarta ditemui di sela-sela aksi di depan DPRD DIY, Kamis (16/10/2014).

Winarta menyayangkan, SBY tidak bisa memanfaatkan kesempatan untuk menemui rakyatnya di Jogja di masa terakhir kepemimpinannya. Padahal, kata dia, aksi yang dilakukan Kareb adalah aksi damai, murni ingin menyampaikan aspirasi dari perwakilan mahasiswa, petani, dan kaum buruh.

Winarto mengaku sudah berupaya melakukan negosiasi dengan protokoler kepresidenan di Gedung Agung, namun tetap tidak mendapatkan ijin. “Ingin dekat dengan presiden saja tidak bisa. Bagaimana bisa disebut pemimpin yang merakyat,” ucap dia.

Advertisement

Aksi yang dilakukan sekitar 30 orang ini melakukan long march dari Tugu Pal Putih. Mereka kemudian bergerak menuju Jalan Abu Bakar Ali. Lalu ke gedung DPRD. Namun, di depan gedung perwakilan rakyat itu mereka harus terhenti karena dijaga aparat kepolisian dan TNI. Mereka tidak diperkenankan menuju kawasan Titik Nol Kilometer karena masuk kawasan steril.

Dalam aksi tersebut mereka juga membawa “mayat” sebagai simbol matinya demokrasi dan hilangnya kedaulatan rakyat. Dalam orasinya, Winarta menyatakan, demokrasi Indonesia sedang diuji dan berada dalam bahaya. Hal tersebut terlihat dari adanya keputusan kekuatan mayoritas di DPR yang menyetujui kembalinya cara pemilihan kepala daerah dari langsung menjadi dipilih oleh DPR.

Setelah berorasi di depan Gedung DPRD DIY, akhirnya mereka membubarkan diri sekitar pukul 17.00 WIB. Mereka diantar dengan truk kepolisian melintasi Jalan Perwakilan menuju Jalan Mataram untuk pulang.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif