SOLOPOS.COM - Pelajar yang terlibat tawuran didamaikan dengan pengajian di Mapolsek Tempel, Kamis (6/3/2014). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, SLEMAN-Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Sleman, Arif Haryono, menginstruksikan seluruh kepala SMP dan SMA/SMK lebih mengintensifkan program pendampingan guru kepada siswa di sekolah.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko adanya kasus tindakan kriminal oleh kalangan pelajar.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Arif menegaskan, pendampingan siswa bukan hanya tanggungjawab wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru Bimbingan dan Konseling (BK), dan wali kelas.

“Semua guru harus dilibatkan. Jika di sebuah sekolah terdapat 500 siswa dan 50 guru, maka masing-masing guru mendampingi 10 siswa,” kata Arif, Kamis (23/10/2013).

Selain program pendampingan siswa yang lebih intensif, Arif mengungkapkan, pihaknya telah mengeluarkan kebijakan berupa adanya jam pelajaran khusus bagi guru BK.

“Interaksi siswa dengan guru BK akan lebih berkualitas, sehingga bermanfaat mengembangkan bakat dan minat siswa, termasuk menanamkan pendidikan karakter,” ujar Arif dalam pengarahan kepala sekolah serta guru BK SMP dan SMA/SMK di Aula Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Sleman.

Hadir pula dalam forum tersebut, Kapolres Sleman, AKBP Ihsan Amin meminta pihak sekolah memberikan kegiatan positif bagi siswa di luar jam sekolah.

Menurut Ihsan, kurangnya kegiatan positif sering kali memicu siswa mencari-cari kesibukan lain yang bisa saja berujung pada kenakalan.

Ihsan mengungkapkan, pihaknya tidak akan segan memberikan sanksi hukum yang berlaku kepada siswa yang melakukan tindak kriminal.

“Akan kami tindak tegas walaupun masih berstatus pelajar. Apalagi sudah ada korban tewas dan pelakunya juga dari kalangan pelajar,” imbuhnya.

Pelajar yang terlibat dalam kegiatan geng, lanjut Ihsan, juga tidak akan direkomendasikan mendapat Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). “Jadi tidak cuma sanksi administratif dari sekolah saja,” tegas dia.

Sementara itu, Bupati Sleman, Sri Purnomo menambahkan, peran aktif orang tua dan masyarakat juga diperlukan dalam menekan kenakalan remaja. Pasalnya, kenakalan remaja cenderung terjadi di luar jam sekolah.

Meski demikian, pihak sekolah tidak bisa lepas begitu saja setelah jam pelajaran berakhir. Sri Purnomo meminta pihak sekolah menjalin komunikasi dan kerja sama, baik dengan orang tua maupun masyarakat di sekitar sekolah.

“Jangan sampai lepas tangan begitu saja. Sekolah harus membangun jaringan dan komunikasi yang baik dengan berbagai pihak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya