SOLOPOS.COM - Peternakan Sapi (Dok/JIBI/Bisnis)

Inseminasi buatan di DIY diharapkan bisa menambah 10.00 sapi

Harianjogja.com, JOGJA-Pemerintah telah mencanangkan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) sejak November 2016. Program inseminasi buatan (IB) pada sapi ini diharapkan bisa menambah jumlah populasi sapi di Indonesia.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Di DIY sendiri, pada 2016 lalu populasi sapi yang berpotensi bunting atau hamil hanya sekitar 90.000-an. Dengan Upsus Siwab tersebut ditargetkan bisa bertambah lebih dari 10.000 sapi.

“Target Siwab di DIY 101.121 sapi,” kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian DIY, Sutarno, Rabu (11/1/2017).

Selain dengan inseminasi buatan, peternak sapi juga harus rutin memberi pakan yang berkualitas serta pencatatan yang baik. Biasanya, katanya, seekor sapi betina bisa membutuhkan waktu sampai dua tahun untuk melahirkan anakan atau pedet, tetapi dengan Upsus Siwab ini setidaknya hanya dalam kurun waktu 18 bulan atau 1,5 tahun sapi betina sudah bisa menghasilkan keturunan.

Program ini dicanangkan untuk 34 provinsi di Indonesia dan realisasi terbanyak dilakukan di Pulau Jawa.

Meski menjadi pemasok kebutuhan sapi ke Jawa Barat terutama saat Iduladha, DIY masih tetap kekurangan sapi. Meski jumlah kekurangannya sedikit, setidaknya adanya pemaksimalan program inseminasi buatan ini akan membantu Pemerintah DIY dalam memasok sapi untuk masyarakat.

Tahun ini, Pemerintah menargetkan bisa memasok 2.500-3.000 sapi siap potong per bulan. Ia meyakini, peningkatan permintaan akan terjadi saat Iduladha. Menurut perhitungannya, DIY membutuhkan sekitar 20.000 sapi saat pelaksanaan Iduladha.

Terkait Upsus Siwab tersebut, Ketua Paguyuban Pedagang Daging Sapi Segoroyoso (PPDSS) Ilham Akmadi mengatakan, jika pemerintah berencana meningkatkan populasi sapi bunting, harus ada pembenahan di tingkat dasar terlebih dulu. Hal yang ia soroti adalah kapasitas SDM peternak sapi di DIY yang masih kurang.

Banyak peternak yang menjalani pekerjaan beternak hanya untuk sambilan. Mereka tidak berorientasi pada bisnis karena tidak menjadikan kegiatan peternakan sebagai pekerjaan utama.

Kondisi itu membuat kegiatan peternakan tidak berjalan maksimal. Masih banyak ditemui sapi yang kurang gizi, mengalami gangguan reproduksi, dan teknologi pemeliharaan masih mengandalkan cara tradisional.

“Hal-hal itu yang harus dibenahi dulu sebelum dilakukan inseminasi. Kalau mau diinseminasi tapi sapinya kurang gizi kan nanti juga pengaruh,” katanya.

Ia menegaskan, dengan program seperti apapun jika SDM tidak dibangun maka tingkat keberhasilan sebuah program akan rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya