SOLOPOS.COM - Seniman menunjukan aksinya saat pementasan wayang bertajuk Air Mata Air di bawah Jembatan Wreksodiiningrat, Kali Code, Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (24/10/2022). Pementasan wayang kolaborasi dari berbagai komunitas seni seperti Mahasiswa Teater ISI Yogyakarta, Komunitas Prajna Srikandi, Pawon Jogan hingga Penari Prambanan itu untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat dalam menjaga kelestarian sungai. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/foc.

Solopos.com, JOGJA – Hasil penelitian dosen Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), Lintang Nur Fadillah, menyebutkan air di Kali Code Jogja mengandung senyawa logam berat dan antibiotik berlebihan. Dalam penelitian itu menyebutkan tingginya kandungan logam berat dan antibiotik berlebihan di Kali Code akibat sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang masih lemah.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUPESDM) Daerah Istimewa Yogyakarta, Anna Rina Herbranti, mengatakan IPAL Sewon yang menampung limbah rumah tangga dari Kota Jogja, sebagian wilayah Sleman dan Bantul masih sangat besar kapasitasnya.

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Dia menyampaikan luas total realisasi sambunagn rumah (SR) yang dibuang ke IPAL Sewon per tahun baru sekitar 27.205 SR. Sedangkan kapasitas IPAL Sewon mencapai 75.000 SR. Sehingga masih tersedia ruang yang sangat luas di IPAL tersebut.

“Pelayanan untuk Kota Jogja hampir seluruhnya, Sleman empat kapanewon yakni Mlati, Depok, Gamping, dan Ngaglik serta Bantul tiga kapanewon meliputi Kasihan, Sewon, dan Banguntapan,” jelasnya, Minggu (24/3/2024).

Secara rinci per kabupaten dan kota yang telah tersambung ke IPAL Sewon yakni Kota Jogja sebanyak 19.831 SR, Kabupaten Sleman 3.870 SR dan Kabupaten Bantul sebanyak 3.504 SR atau sebanyak 136.025 jiwa.

Tanggapan DLHK

Terkait pencemaran air di Kali Code Jogja, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, Kusno Wibowo, mengatakan sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan hasil penelitian itu secara komplet. Pihaknya mengetahui hasil penelitian itu hanya dari pemberitaan sejumlah media massa, sehingga perlu data yang lengkap agar kajian itu bisa ditindaklanjuti.

“Kami belum tahu persis yang jadi pengambilan sampel di mana dan kami belum dapat hasil dari penelitian itu. Tetapi dari sisi kami, nanti akan kami tindaklanjuti terkait dengan penelitian itu karena kami juga punya laboratorium untuk pendeteksian,” katanya, Minggu (24/3/2024).

Kusno mengaku rutin melakukan uji laboratorium terhadap kondisi sungai di wilayah setempat. Itu dilakukan setiap bulan untuk melihat sejauh mana paparan kandungan berbahaya terhadap sejumlah sungai di DIY. Hasil pengujian juga menyatakan bahwa kondisi sungai di DIY di titik tertentu cukup tercemar.

“Kalau parah tidak, tetapi memang di titik tertentu ada kondisi yang tercemar atau di bawah ambang batas, itu yang rutin kami periksa setiap bulan. Tetapi tidak parah. Nanti coba kami lihat penyebabnya apa dan kami koordinasi dengan kabupaten-kota untuk bicarakan ini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya