SOLOPOS.COM - Beberapa warga Wedomartani menampilkan tradisi paes manten pada Festival Desa Budaya di Balai Desa Wedomartani, Ngemplak, Sabtu (11/10/2014). (JIBI/Harian Jogja/Rima Sekarani I.N.)

Harianjogja.com, SLEMAN-Guna menjalin rasa kekeluargaan antara penduduk setempat dan pendatang, warga Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman melakukan pendekatan budaya, yakni dengan mengadakan Festival Desa Budaya.

Ketua Panitia Festival Desa Budaya di Wedomartani, Sugeng Raharjo mengungkapkan semakin banyak warga pendatang di Wedomartani, terlebih setelah berdiri sebuah kampus swasta di sana.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

“Dengan banyaknya pendatang dari luar daerah, kami tetap berusaha melestarikan budaya dan tradisi sendiri,” ujar Sugeng kepada Harianjogja.com, Sabtu (11/10/2014) pagi.

Tidak hanya melestarikan, menurut Sugeng, kesenian adat dan tradisi juga perlu dikembangkan agar tidak dianggap ketinggalan zaman.

“Bahkan kalau perlu nanti kami kolaborasikan dengan kebudayaan luar yang dibawa para pendatang,” katanya.

Kesenian adat dan tradisi yang ditampilkan pada Festival Desa Budaya di Wedomartani antara lain dolanan dan tarian anak, paes manten, gejog lesung, hingga ketoprak dan wayang orang. Ada juga kesenian badui, keroncong, jathilan, dan iring-iringan gunungan.

Turut ditampilkan pula angkutan tradisional di desa tersebut berupa gerobak hingga stan yang menggelar kerajinan  tangan maupun
kuliner dari warga setempat.

Dengan adanya dana keistimewaan (danais), Sugeng berharap kegiatan serupa bisa rutin diselenggarakan setiap tahun. Ke depan,
pihaknya berencana mengirimkan proposal untuk mengakses danais demi melestarikan tradisi lokal. Meski demikian, tambah Sugeng,
pihaknya tidak lantas menyerah jika tidak mendapat kucuran danais.

“Kami akan tetap mengangkat kembali kesenian yang mulai dilupakan, misalnya wayang orang. Ke depannya, kami ingin mengembangkan sanggar seni,” ujarnya.

Sementara itu, Bupati Sleman Sri Purnomo mengapresiasi Wedomartani sebagai desa berpenduduk heterogen.

“Bagaimana caranya agar keamanan dan kenyamanan bisa dijaga agar warga asli dan pendatang sama-sama bisa merasa nyaman
tinggal di sini. Walau berbeda-beda latar belakang, warga tetap bisa hidup rukun,” kata Sri Purnomo dalam sambutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya