SOLOPOS.COM - Jalan Malioboro suddah ditutup untuk semua jenis kendaraan, Sabtu (31/12/2016) sore. (Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja)

Kerusakan itu disebabkan karena banyaknya pengunjung dari berbagai latar belakang hingga keberadaan pedagang kaki lima.

Harianjogja.com, JOGJA-Sejumlah fasilitas difabel yang menjadi bagian dari street furniture di Jalur Pedestrian Malioboro ditemukan rusak meski baru sebulan diresmikan. Kerusakan itu disebabkan karena banyaknya pengunjung dari berbagai latar belakang hingga keberadaan pedagang kaki lima (PKL).

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Manajer Proyek Revitalisasi Malioboro Tahap I Eri Purnomo Listiyanto menjelaskan, ia sudah berupaya maksimal untuk mengingat berbagai pihak yang berada di Jalur Pedestrian untuk tetap menjaga dan merawat. Akantetapi, faktanya memang ada beberapa kerusakan yang merupakan bagian dari street furniture. Antara lain 17 bollard tabung yang rusak berada di tujuh titik. Bollard tabung itu terpasang berdiri di setiap pinggiran kawasan jalur pedestrian yang berfungsi untuk tonggal mendukung penyandang disabilitas saat berjalan di Jalur Pedestrian Malioboro. Padahal harga tiap satu bollard Rp700.000, sehingga jika total sekitar Rp11 juta kerugian akibat kerusakan. “Satu bollard itu harga Rp700.000, itu handmade,” ungkap dia di kantornya, Kamis (12/1/2017).

Adapun bentuk kerusakan bollard tabung itu rata-rata tergores hingga rusak bahkan berlubang pada titik antara 20 sentimeter hingga 30 sentimeter ke atas dari garis lantai traso. Ia menduga, kerusakan bollard itu karena gerobak PKL yang nekat dimasukkan melalui celah bollard yang sempit. Padahal celah bollard itu sejatinya hanya mampu memuat lebar ukuran kursi roda. “Asumsi kami itu karena gerobak. Karena tidak semua gerobak PKL berusaha modifikasi menyesuaikan dengan bentang bollard,” imbuhnya.

Selain itu fasilitas lain ditemukan rusak adalah tactile yang terpasang di baris tengah jalur sebagai penanda bagi penyandang disabilitas terutama tuna netra melalui rabaan alas. Tactile berukuran kecil itu berbahan aluminium yang juga handmade. Ada dua titik yang ditemukan sudah lepas, karena banyaknya pengunjung yang menginjak. “Model ini memang lebih kuat dari yang lain dan tidak mudah aus,” ujarnya.

Pihak masih bertanggungjawab selama enam bulan ke depan untuk melakukan pemeliharaan. Selama itu pula akan terus memantau sejumlah kerusakan untuk langsung diperbaiki. Ia menegaskan, kerusakan yang terjadi bukan dari sisi kualitas bahan, namun lebih disebabkan karena pola kehidupan masyarakat yang berada di Jalur Pedestrian. Ia berharap kepada pihak terkait para PKL bisa diberikan pemahaman terkait berbagai hal untuk menghidupkan kesadaran untuk menghindari kerusakan street furniture.

Terpisah Kepala Dinas PUP-ESDM DIY Rani Sjamsinarsi mengakui karena masih awal memang banyak berbagai komentar. Terkait kerusakan bollard tersebut, Rani menilai ada yang memaksakan masuk melalui celah tersebut. Temuan itu akan dijadikan sebagai bahan evaluasi ke depannya. Ia sepakat, bahwa perlu ada upaya memberikan pemahaman khusus tentang penggunaan ruang publik seperti di Jalur Pedestrian Malioboro. Agara street furniture bisa terjaga dengan baik.

“Kami akan mendampingi pemkot terkait perawatannya, kota sudah ada Perda Parkir, Perda PKL. Kita akan lihat apa yang kurang yang bisa diregulasikan kembali oleh propinsi entah ditambahkan atau seperti apa. Yang jelas di kami [provinsi] nanti bisa masuk di Perdais tata ruang, ada kawasan sumbu filosofi, banyak diatur di perdais,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya