SOLOPOS.COM - Ilustrasi kartu BPJS Kesehatan. (JIBI/Solopos/Dok.)

Jaminan kesehatan untuk peserta BPJS Kesehatan di Bantul belum seluruhnya dapat terfasilitasi. Sebab jumlah sarana rumah sakit belum sebanding dengan jumlah pasien.

Harianjogja.com, BANTUL– Ratusan pasien setiap hari harus mengantre untuk mendapat kamar rawat inap di sejumlah rumah sakit (RS) di Bantul. Membludaknya pasien dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tidak diimbangi dengan ketersediaan sarana rumah sakit.

Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda

Di RS PKU Muhamadiyah Bantul, dalam sehari tercatat 30-35 orang pasien harus mengantre untuk mendapatkan kamar rawat inap lantaran kapasitas tempat tidur penuh. Mereka mengantre hingga satu minggu.

“Terkecuali pasien gawat darurat seperti kecelakaan kamarnya kami prioritaskan,” terang Mamik Mardyastuti, Wakil Direktur Umum dan Keuangan RS PKU Muhamadiyah Bantul yang juga menangani BPJS, Rabu (7/1/2015).

RS PKU Muhamadiyah menyediakan129 tempat tidur pasien, 40% diantaranya atau sekitar 31 tempat tidur diperuntukkan bagi pasien kelas III yang kebanyakan menggunakan asuransi BPJS. Tahun ini, RS PKU Muhamadiyah Bantul bakal menambah 20 bed, delapan di antaranya untuk pasien kelas III.

“Kalau bed kelas III penuh, untuk pasien BPJS jalur mandiri bisa dinaikan ke kelas di atasnya [kelas I atau kelas II] dengan selisih pembiayaan ditanggung sendiri. Tapi kalau pasien BPJS yang dibiayai pemerintah tidak bisa naik kelas,” ujarnya lagi.

Lonjakan pasien rawat inap itu diantaranya dipicu meningkatnya jumlah peserta asuransi BPJS. Pada 2014, rasio pasien BPJS sebesar 55% sisanya pasien umum. Tahun ini RS PKU Muhamadiyah memprediksi kenaikan pasien BPJS yang berobat ke RS ini mencapai 70%, sebab mulai tahun ini badan usaha telah diwajibkan menggunakan BPJS.

Mamiek mengakui, lonjakan pasien BPJS tersebut tidak diimbangi dengan penambahan jumlah bed. RS swasta seperti PKU Muhamadiyah menurut dia mempunyai keterbatasan dana dan sumber daya untuk menambah fasilitas RS seperti ruangan, lantaran tidak disubsidi pemerintah layaknya RS negeri. Ia berharap, pemerintah memberi kemudahan untuk RS swasta.

“Kami kan semua biaya ditanggung sendiri beda dengan negeri, kami harap pemerintah peduli misalnya dengan memberi keringanan pajak, biaya listrik atau bantuan peralatan agar kami juga bisa menambah fasilitas untuk pasies BPJS,” tuturnya.

Wakil Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul Rini Setyaningsih juga mengakui membludaknya pasien BPJS terjadi sejak program itu diluncurkan. Setiap hari rata-rata lima pasien rawat inap mengantre mendapatkan kamar.

“Saya kira RS lainnya juga mengalami hal sama, kalau ditotal semua ratusan kemungkinan ada pasien yang mengantre setiap hari, karena total ada 10 RS di Bantul ini,” paparnya.

Namun ia mengklaim, di RSUD Panembahan Senopati, lama pasien mengantre kamar maksimal hanya dua hari. Sembari menunggu kamar, pasien biasanya ditempatkan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya