SOLOPOS.COM - Warga melintasi Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Desa Girijati, Purwodadi, Gunungkidul pekan lalu. Kawasan JJLS di pesisir pantai kini diincar investor. (Bhekti Suryani/JIBI/Harian Jogja)

Saat ini banyak makelar yang sudah memburu tanah .

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Setelah Pemda DIY dengan pemkab Gunungkidul melalukan perubahan jalur jalan lintas selatan (JJLS) di Tanjungsari dan Tepus, tanah-tanah di daerah tersebut menjadi buruan. Saat ini banyak makelar yang sudah memburu tanah yang dilakukan sebelum pemkab mengeluarkan informasi mengenai perubahan jalur tersebut.

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

Salah satu Aktivis dan mantan Direktur Lembaga Kajian dan Studi Sosial (LKDS) Gunungkidul, Wibowo mengatakan, upaya masif untuk pembelian lahan di Gunungkidul memang terjadi. Terlebih lagi isu perubahan jalur untuk JJLS menjadikan banyak lahan di lingkungan pedalaman yang dibeli pihak lain melalui makelar tanah. ”Memang data otentik belum kami dapatkan. Namun kami sudah melakukan penelusuran dan banyak yang mengamini hal ini,” kata dia, Rabu (1/2).

Menurut pria yang fokus melakukan pendampingan terhadap warga pesisir itu, perubahan JJLS hanya bagian kecil dari cerita jual beli lahan di Gunungkidul. Dalam skala besar kata dia, sudah banyak lahan milik warga terutama di daerah pesisir mulai dari Pantai Bekah di kecamatan Purwosari hingga pantai Sadeng di Kecamatan Girisubo yang jatuh ke tangan investor.

Sehingga dia meminta agar pemerintah segera turun tangan untuk melakukan pembatasan terhadap sejumlah investor luar daerah bahkan luar negeri, yang melakukan ekspansi secara masif. Sebab jika kepemilikan lahan sudah berpindah maka warag sudah tidak bisa apa-apa lagi. ”Pemkab harus bersiakap untuk membatasi kepemilikan lahan sehingga warga masih bisa menikmati perkembangan Gunungkidul,” ujarnya.

Anggota Komisi A DPRD DIY Slamet mengakui adanya informasi mengenai perubahan JJLS tersebut. Hal ini juga diikuti dengan adanya beberapa orang yang melakukan pembelian lahan secara masif di area calon JJLS tersebut. “Terus terang kami sempat kaget saat saya menjaring aspirasi dengan warag pesisir selatan Gunungkidul. Karena ada banyak kasus pembelian tanah tanah di calon jalur baru JJLS. Padahal kami saja belum mengetahui ada perubahan jalur tersebut,” ungkapnya kepada wartawan kemarin.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawaan Permukiman (DPUPKP) Gunungkidul Edy Praptono mengungkapkan, upaya untuk mengalihkan jalur JJLS ini adalah untuk menghindari kemacetan di areal wisata. Pihaknya bersama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) melakukan pengkajian potensi kemacetan seiring dengan perkembangan pariwisata yang sangat pesat.

Dengan pertimbangan tersebut kemudian terdapat sejumlah titik yang dialihkan.Diantaranya adalah titik di Desa Planjan, Kecamtan Saptosari hingga Kecamatan Tepus. Jalur ini dipotong untuk menghindari TPR yang kini masuk JJLS. Selain itu jalur Tepus-Jepitu dilakukan perubahan untuk menghindari jalur padat penduduk.

“Setelah itu jalur Jeruk Wudel- Duwet yang menjadi pintu masuk dari arah Pracimantoro Wonogiri sedikit dilakukan rasionalisasi sehingga lebih dekat,” kata dia. Sedangkan khusus untuk jalur Planjan-Tepus terdapat perubahan mulai jarak satu kilometer, sebelum pintu masuk Baron akan dialihkan langsung menuju Tepus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya